Memperkecil Kesenjangan Digital dengan Kompetisi ICT

virprom.com – Huawei ICT Competition Asia Pacific 2023-2024 ke-8 berlangsung pada Kamis (18 April 2024) di Jakarta, Indonesia.

Kompetisi ICT (Information Communication Technology), yang merupakan hasil kolaborasi antara Huawei dan ASEAN Foundation, berfokus pada pengembangan talenta ilmiah dan teknologi untuk meningkatkan pertukaran di bidang pendidikan dan sains, serta menyoroti praktik dan permasalahan nyata di berbagai industri. .

Tahun ini, Huawei ICT Competition Asia Pasifik bertema “Connection, Glory and the Future” menarik lebih dari 6.400 pelajar dari 14 negara dan wilayah di Asia-Pasifik.

Banyak universitas telah mencapai hasil yang luar biasa. Dari Indonesia, Institut Teknologi Bandung mempunyai posisi terdepan dalam jalur jaringan.

Baca juga: Telkomsel-Huawei Tandatangani Kolaborasi Pembangunan Infrastruktur Digital di MWC 2024

Cebu Institute of Technology – University of the Philippines berhasil meraih hadiah utama pada kategori Innovation Track, sedangkan hadiah utama pada kategori Cloud Track diraih oleh Singapore University of Technology.

Selain itu, i-Academy dari Filipina menjadi juara regional pada kategori baru yaitu Computing Track.

Para pemenang akan mewakili wilayahnya di Huawei ICT Competition Global Finals yang akan diselenggarakan di Shenzhen pada Mei 2024.

Menutup kesenjangan digital

Ajang kompetisi TIK, seperti yang diselenggarakan oleh Huawei dan ASEAN Foundation, dinilai penting untuk meningkatkan literasi dan keterampilan digital di kawasan ASEAN, serta upaya mengurangi kesenjangan antar kawasan.

Dr. Piti Srisangnam, Direktur Eksekutif ASEAN Foundation, menekankan peran sektor swasta dalam menjembatani kesenjangan digital di kawasan.

Baca juga: Huawei meluncurkan jaringan komunikasi khusus untuk kereta berkecepatan tinggi Whoosh

Ia menegaskan, saat ini setidaknya terdapat dua kesenjangan digital di negara-negara ASEAN, yang pertama adalah keterampilan digital.

Srisangnam mencontohkan, saat ini sejumlah kecil talenta digital asal ASEAN bekerja di perusahaan teknologi global bahkan menduduki posisi penting.

Di sisi lain, pada lapisan masyarakat bawah, masih banyak kelompok masyarakat yang belum memiliki keterampilan digital atau belum terpapar teknologi baru.

Lalu permasalahan kedua adalah tidak meratanya distribusi talenta digital di negara-negara ASEAN. Di Indonesia misalnya, Srisangnam menyoroti perbedaan talenta dan infrastruktur digital antara penduduk di Pulau Jawa dan penduduknya.

Hal seperti ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun juga terjadi di negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Myanmar, Laos, Filipina bahkan Singapura dimana para lansia masih rentan terhadap bahaya disinformasi/hoax.

Namun, Srisangnam mengatakan masih ada ruang perbaikan yang bisa dilakukan ASEAN Foundation dari sisi kemanusiaan karena juga memiliki keterbatasan, seperti infrastruktur.

“ASEAN Foundation tidak bisa membangun jaringan 5G, jadi penting untuk bekerja sama dengan entitas swasta seperti Huawei,” ujarnya.

Simon Lin, presiden Huawei Asia-Pasifik, mengatakan melalui kompetisi ICT, Huawei telah menciptakan lebih banyak kegiatan interaktif untuk meningkatkan keterampilan kepemimpinan siswa dan kesiapan kerja untuk mengatasi kesenjangan digital.

“Bersama dengan pemerintah, industri, dan mitra akademis, kami berharap dapat membentuk dan membina para pemimpin, praktisi, dan inovator masa depan di kawasan ini,” kata Simon.

Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top