Bersama Program Siap Siaga dari Australia, BPBD NTT Berupaya Tekan Risiko Dampak Bencana

KUPANG, virprom.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Timur (NTT) tetap berkomitmen untuk mengurangi risiko paparan bencana alam di wilayah kerjanya.

Dengan 1.192 pulau yang dimiliki NTT, topografi provinsi ini beragam dan kerentanan terhadap bencana pun beragam.

Direktur Pelaksana BPBD NTT Cornelis Wadu menjelaskan, Selasa (25 Juni 2024), dari ribuan pulau yang ada, 46 dari ribuan pulau tersebut berpenghuni, antara lain Pulau Timor, Pulau Flores, dan pulau-pulau kecil seperti Rottendao, Sambo, dan Alor. .

Baca juga: KBRI Canberra dan CESA Perpanjang MOU untuk Belajar Bahasa Indonesia di Australia

Topografinya sangat bervariasi dan kerentanan pulau-pulau ini rawan terhadap bencana, antara lain tsunami, gempa bumi, dan bencana lainnya, seringkali tanah longsor, dan lain-lain.

Ia menambahkan, faktor kerentanan terhadap bencana yang pertama adalah kondisi pulau, dan yang kedua adalah sulitnya menjangkau masyarakat sekitar pulau.

Berdasarkan data Siap Siaga, antara tahun 1999 hingga 2021, NTT mengalami 843 bencana alam yang mengakibatkan 588 korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang signifikan.

Sebanyak 94 persen kejadian ini berkaitan dengan perubahan iklim. Banjir adalah bencana yang paling umum terjadi, dan NTT telah dilanda 20 tsunami dalam dua abad terakhir, termasuk tsunami Flores tahun 1992 yang menewaskan sekitar 2.000 orang. 

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan meningkatkan penanggulangan bencana, BPBD NTT bekerja sama dengan program Siap Siaga Pemerintah Australia – lebih khusus lagi Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) – dan melakukan berbagai langkah mulai tahun 2020.

Salah satunya adalah pembangunan gedung BPBD NTT di Jalan Teratai no. 11, Naikolan, Kupang.

“Ini salah satu aspek fisik yang sudah dilaksanakan, lalu ada aspek fisik lainnya yang didukung oleh teman-teman Siap Siaga dalam kemitraan Australia-Indonesia, yaitu pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kapasitas, dan kemudian ada sosialisasi. pada tingkat yang rendah sehingga dapat dilakukan dengan baik dan benar,” tambah Cornelis.

Selain itu, terdapat juga kegiatan terkait disabilitas lainnya yang dapat dilakukan melalui program Siap Siaga.

Cornelis juga menyampaikan apresiasi atas kemitraan Indonesia dan Australia karena program Siap Siaga telah membantu mitigasi bencana bagi BPBD dan masyarakat luas.

“Kami sangat berharap kerjasama antara Australia dan Indonesia ini terus berlanjut dan teman-teman Siap Siaga dapat membantu kami di provinsi ini.”

Baca juga: Peternak Sapi Perah Australia Jajaki Peluang Program Makan Siang Gratis dari Prabowo. Simak program Siap Siaga

Siap Siaga adalah program kemitraan manajemen risiko bencana Australia-Indonesia untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana dan kapasitas tanggap di Indonesia.

Inisiatif ini sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia 2020-2024 dan Strategi Kemanusiaan Pemerintah Australia (2016). 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top