Amankah Melakukan Wisata Ekstrem Saat Healing Trip?

Jakarta, virprom.com – Beberapa orang suka jalan-jalan atau melakukan olahraga ekstrim karena menantang adrenalin.

Kegiatan seperti mendaki gunung, hiking, arung jeram, dan panjat tebing tetap populer meskipun ada kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Namun, jika aktivitas ekstrem dijadikan pilihan perjalanan untuk perjalanan terapeutik, apakah tindakan tersebut tepat dilakukan?

“Sebenarnya kegiatan tersebut tidak dilarang. Orang yang manajemen amarahnya rendah, tidak bisa mengendalikan amarahnya, sebenarnya dianjurkan untuk melakukan olahraga ekstrem,” kata psikolog klinis sekaligus pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M.Psi, di Kompas. com, Rabu (19/6/2024).

Baca selengkapnya: Apakah Anda cenderung terlalu banyak berpikir? Berikut 4 tips agar tidak kambuh selama perjalanan penyembuhan

Misalnya tinju atau tinju. Menurut Fitri, kegiatan ini memungkinkan mereka yang memiliki masalah psikologis, seperti masalah amarah, untuk menyalurkan energi dan emosinya.

Ini lebih berguna daripada menyimpannya di dalam sampai meluap dengan sendirinya.

“Banyak orang yang punya emosi dalam dirinya, tapi tidak tahu harus mengungkapkannya ke mana, sehingga tidak tahu cara mengeluarkannya pada waktu dan tempat, dan salah orang,” ujarnya.

Menurut Fitri, penderita gangguan jiwa boleh melakukan wisata atau olahraga ekstrem asalkan kegiatan tersebut menyehatkan.

Apalagi jika aktivitas tersebut masih dirasa sesuai dengan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki

Namun, mereka juga menyarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan psikolog untuk memastikan aktivitas tersebut aman untuk permasalahannya.

“Ibarat kita sakit badan, kita ke dokter, kita tanya makanan ini enak atau tidak, olah raga ini, dan sebagainya,” kata Fitri.

Baca Juga: Bepergian Dalam Terapi, Perlukah Psikolog?

Psikolog sekaligus Ketua Lembaga Konsultan Psikologi M.eureka Meity Arianty STP., M.Psi. Selain itu, setiap orang berbeda.

Bagi sebagian orang, ketika merasa stres, wisata atau olahraga ekstrim menjadi sebuah tantangan, sekaligus motivasi dan kenyamanan untuk melakukannya.

Padahal, secara umum, untuk menenangkan diri, diperlukan suasana yang tenang dan nyaman, misalnya di pantai, kata Meity yang merupakan guru besar psikologi Universitas Gundarma, Rabu.

Dengan kata lain, perjalanan penyembuhan seperti ini dilakukan untuk menenangkan pikiran kembali pada preferensi masing-masing orang tentang apa yang membuat mereka nyaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top