Ahli Gizi Luruskan Mitos seputar Produk Beku dan Olahan Pangan Berbasis Protein

SOLO, virprom.com – Di tengah gaya hidup masyarakat modern, pola makan padat dan berbasis protein menjadi pilihan yang lebih tepat bagi banyak keluarga Indonesia.

Kesibukan seringkali membuat waktu menyiapkan makanan menjadi terbatas.

Dalam hal ini, produk beku dan makanan olahan akhirnya dipilih untuk memenuhi kebutuhan protein harian.

Baca juga: Ahli Gizi: Susu ikan merupakan sumber protein, namun tidak menggantikan susu sapi

Namun tak jarang masyarakat menganggap makanan tersebut tidak sehat atau berbahaya, terutama bagi anak-anak.

Faktanya, produk beku seperti daging sapi, ayam, dan ikan dapat mempertahankan nutrisi yang sama dengan produk segar, apalagi jika proses pembekuannya benar.

Pada makanan olahan berprotein seperti pala, sosis, otak-ota, bakso dan tempura, dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari apabila dikonsumsi secara bijak. Bahan-bahan dalam makanan tidak berpengaruh

Ahli Gizi RSUD dr. Moewardi Solo, Dr. Indrawati Sp.GK menyatakan metode pembekuan merupakan cara yang efektif untuk menjaga kualitas produk pangan. 

Menurutnya, pembekuan dapat mengawetkan daging dan ikan dengan menekan aktivitas penyebab pembusukan dan mencegah infeksi bakteri. 

“Membekukan daging atau ikan merupakan bagian dari penyiapan makanan untuk mempermudah proses memasak. “Ini sehat,” ujarnya saat diwawancara virprom.com, Sabtu (14/9/2024).

Ahli gizi menekankan bahwa proses pembekuan akan memungkinkan makanan disimpan dalam waktu lama tanpa merusak nutrisinya. 

Dengan kata lain, anggapan bahwa daging atau ikan beku kurang bergizi dibandingkan sayuran adalah mitos belaka.

Banyak produsen makanan yang juga membekukan dengan menggunakan teknologi terkini yaitu rapid freeze (IQF) yang dapat mengunci kesegaran, nutrisi, rasa, tekstur dan kebersihan.

Baca juga: Pola Makan Kaya Protein Hewani Cegah Kejang pada Anak

Beberapa di antaranya juga menawarkan produk berbasis protein hewani dengan bahan yang lebih baik. Misalnya, ada jaminan daging ayam berasal dari ayam yang dipelihara tanpa suntik hormon. 

Selain itu, ada produsen yang menawarkan hasil baru, seperti daging probiotik dari ayam yang diberikan untuk membantu hewan menyerap nutrisi dalam tubuhnya.  Tanpa bahan pengawet

Indrawati mengatakan pembekuan juga dapat dipahami sebagai proses pengawetan alami yang dapat menjaga kualitas produk. 

Oleh karena itu, salah jika masyarakat menganggap semua produk daging beku pasti mengandung bahan pengawet.

“Bahkan, produk beku tanpa bahan pengawet bisa kita temukan di pasaran. Hal ini dapat kami pastikan dengan melihat informasi pada paket. “Produk ini pasti lebih sehat untuk dikonsumsi,” ujarnya. 

Indrawati memberikan beberapa saran kepada masyarakat untuk memastikan kualitas produk beku yang dipilihnya aman.

Ia menyarankan untuk memeriksa tampilan dan bau produk. 

“Daging segar biasanya berwarna merah cerah, ayam berwarna putih, ikan bukan ikan cod. “Jika berbau amis atau busuk, sebaiknya hindari produk tersebut,” ujarnya. 

Indrawati juga menekankan pentingnya masyarakat memperhatikan tanggal kadaluarsa suatu produk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top