UU AI Uni Eropa Disahkan: Inspirasi Model Regulasi Indonesia (Bagian I)

Persetujuan Dewan Eropa merupakan langkah terakhir dalam proses legislatif UU AI UE.

Setelah disetujui oleh Dewan Eropa, yang tersisa hanyalah formalitas berupa tanda tangan oleh Presiden, Sekretaris Jenderal Parlemen, dan Dewan Eropa.

Undang-undang tersebut akan dipublikasikan di Jurnal Resmi Uni Eropa, dan akan mulai berlaku 20 hari setelah proses ini.

Pengesahan undang-undang bersejarah ini terjadi pada 21 Mei 2024. Keputusan tingkat tinggi ini menandai tahap akhir dari proses legislatif.

Undang-undang AI komprehensif pertama di dunia yang menciptakan kegembiraan akan segera berlaku dalam masa transisi.

Dewan Eropa telah menyatakan bahwa UU AIA memberikan kerangka hukum untuk inovasi dan bertujuan untuk mendorong undang-undang berbasis bukti.

Undang-undang AI UE mempromosikan peraturan AI yang mendukung pengembangan, pengujian, dan validasi sistem AI inovatif dan pengujian inovasi AI di dunia nyata dalam lingkungan yang diatur.

Sekadar informasi, Dewan Eropa merupakan lembaga tertinggi yang anggotanya adalah kepala negara atau pemerintahan Uni Eropa, Presiden Dewan Eropa, dan Presiden Komisi Uni Eropa.

Dewan Eropa didirikan pada tahun 1974 dengan peran menentukan arah politik dan prioritas Uni Eropa secara keseluruhan. Secara organisasi, Dewan Eropa mewakili tingkat kerja sama politik tertinggi antara negara-negara Uni Eropa.

Menurut Hugh Beverley-Smith Emily J. Evans dalam artikel “EU Law – Law yang diadopsi oleh Dewan Eropa (22/5/2024)”, berdasarkan ketentuan peraturan ini, undang-undang AI UE akan mulai berlaku penuh. Dipaksa setelah 24 bulan. Namun, beberapa ketentuan akan berlaku sebelum tanggal tersebut. Menangani kecelakaan

Lantas apa saja yang akan diatur dalam UU AI versi final?

Pertama, undang-undang ini menggunakan pendekatan berbasis manajemen risiko. Karena risiko yang ditimbulkan oleh AI dan kerugian yang ditimbulkannya terhadap masyarakat, peraturan yang lebih ketat akan diberlakukan.

Undang-undang ini tampaknya menekankan pada identifikasi, analisis, penilaian, dan penanganan kerentanan, serta pemantauan pengendalian risiko untuk mengatasi dampak buruk terhadap pengembangan dan penggunaan AI.

Kedua, undang-undang tidak hanya mengatur kewajiban pemasok dan pengembang, tetapi juga kewajiban pengguna. Namun, tanggung jawab utama ditekankan pada pemasok atau pengembang sistem AI yang berisiko tinggi.

Tanggung jawab ini mencakup menetapkan sistem manajemen risiko, menerapkan manajemen data yang relevan dan representatif, menyusun dokumentasi teknis untuk menunjukkan kepatuhan, dan merancang sistem kecerdasan buatan untuk mencatat insiden secara otomatis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top