Tantangan Badan Gizi Nasional yang Tak Ringan

Janji-janji politik Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, presiden terpilih dan wakil presiden RI periode 2024-2029, tidak bisa lagi dianggap sebagai janji politik yang masih diperdebatkan tanpa henti, seperti yang terjadi beberapa bulan setelah Indonesia. pemilihan presiden akan berakhir pada tahun 2024. .

Sebab, pemerintah melalui Keputusan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2024 telah memberikan landasan kelembagaan dan organisasi bagi pembentukan Badan Gizi Nasional (BGN). Salah satu tugas utamanya adalah memastikan janji-janji politik tersebut dipenuhi.

Sebagaimana tercantum dalam Perpres, Badan Gizi Nasional merupakan lembaga pemerintah yang dibentuk oleh presiden untuk melaksanakan tugas gizi nasional.

Secara teknis, tentu saja, janji makanan bergizi gratis, atau apa pun sebutannya, berada dalam yurisdiksi lembaga baru ini.

Konteks sosial ekonomi lahirnya program makan siang gratis dalam visi misi Prabowo-Gibran adalah tingginya angka stunting di Indonesia yakni 21,5 persen menurut hasil Survei Status Gizi Indonesia ( SSGI) 2023 .

Angka tersebut hanya turun 0,1 persen dibandingkan tahun 2022 yang tercatat sebesar 21,6 persen.

Meski terjadi penurunan yang cukup besar dibandingkan dua tahun sebelumnya, yakni tahun 2021 yang tercatat sebesar 24,4 persen, namun di satu sisi angka stunting pada tahun lalu dinilai masih sangat tinggi dan masih diperlukan upaya strategis untuk menurunkannya. . . Sebaliknya, sesedikit mungkin.

Selain itu, upaya penurunan angka stunting pada tahun 2024 menjadi 14 persen sesuai target pemerintah masih jauh dari harapan bahkan bisa dikatakan sangat mustahil.

Sebab selama ini diperlukan angka penurunan yang sangat besar, yakni sekitar 8 persen, hanya dalam waktu satu tahun.

Sementara itu, sejak akhir tahun 2023 hingga saat ini, energi politik Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, terutama pada pemilu awal tahun 2024 dan pilkada serentak menjelang akhir tahun 2024.

Oleh karena itu, kemungkinan besar penurunan angka stunting pada tahun 2024 akan sedikit berbeda dengan tahun 2023 yang hanya sebesar 0,1 persen.

Justru pada persoalan inilah lahirnya Badan Gizi Nasional dipacu.

Padahal, diperlukan adanya lembaga khusus yang bertujuan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan gizi masyarakat Indonesia dari segala penjuru, dan tidak hanya terbatas pada pemberian makanan bergizi pada sektor anak saja.

Pasalnya, data menunjukkan banyak kasus pertumbuhan tidak normal terjadi saat anak masih dalam kandungan atau menjelang lahir.

Hal ini tercermin dari prevalensi stunting menurut kelompok umur dari hasil SSGI 2022, dimana 18,5 persen bayi lahir dengan panjang badan kurang dari 48 cm.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top