Takeda Global: Indonesia Jadi Teladan dalam Pencegahan dan Pengendalian DBD

virprom.com – Sebagai salah satu negara yang paling terkena dampak demam berdarah dengue (DBD), Indonesia menghadapi beban yang besar, baik bagi keluarga maupun sistem kesehatan.

Meski begitu, Indonesia mampu menunjukkan kepemimpinan yang kuat dalam memerangi penyakit tersebut melalui Strategi Nasional Pengendalian Demam Berdarah Dengue (SNPD) 2021-2025.

Strategi ini mengutamakan pencegahan dengan mengerahkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari pemerintah, penyedia layanan kesehatan, sektor swasta hingga masyarakat untuk mencapai tujuan nol kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030.

Perusahaan biofarmasi global, Takeda, mengakui dan mengapresiasi kepemimpinan Indonesia dalam upaya berkelanjutan untuk mencegah dan mengobati demam berdarah.

Apresiasi tersebut diungkapkan President of Global Vaccine Business Unit, Takeda, Derek Wallace saat berkunjung ke Indonesia dalam rangka tur Asia Tenggara.

Baca juga: Mengenal Hari Demam Berdarah ASEAN, Dari Sejarah Hingga Gerakan Nasional Peduli DBD dari Masa ke Masa

“Merupakan suatu kehormatan untuk mengunjungi Indonesia, negara yang telah menunjukkan keinginan kuat untuk memerangi demam berdarah. “Dari sudut pandang global, Indonesia merupakan model bagi dunia dalam pencegahan demam berdarah, dengan pemangku kepentingan dari berbagai sektor bekerja secara efektif untuk memerangi penyakit yang mengancam jiwa ini,” kata Derek dalam keterangan resmi yang diterima virprom.com, Senin (7./ 10/2024).  

Derek melanjutkan, kepemimpinan pemerintah Indonesia dalam mendorong pengendalian vektor yang proaktif, mendorong kolaborasi multisektoral dan mengadaptasi langkah-langkah pencegahan inovatif seperti vaksinasi ke dalam program nasional menunjukkan pendekatan terpadu yang berdampak.

“Saya yakin, dengan komitmen berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan, Indonesia berada pada jalur yang tepat untuk mencapai nihil kematian akibat demam berdarah pada tahun 2030,” kata Derek.

Dengan kepemimpinan nyata Indonesia dalam menanggulangi demam berdarah, lanjut Derek, Takeda berkomitmen untuk terus mendukung program pemerintah melalui inovasi pencegahan dan kolaborasi multipihak.

“Program dan inisiatif pencegahan demam berdarah yang diterapkan di Indonesia akan kami jadikan sebagai pembelajaran untuk merumuskan penanganan demam berdarah yang lebih baik guna menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bebas dari ancaman demam berdarah,” imbuhnya.

Baca Juga: Strategi peningkatan kasus DBD dan langkah intervensi inovatif penanggulangan DBD di Tanah Air

Sekadar informasi, demam berdarah merupakan penyakit serius yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue. Penyakit ini bisa menyerang seseorang lebih dari satu kali, dengan risiko infeksi berikutnya yang lebih serius.

Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hingga April 2024, terdapat lebih dari 7,6 juta kasus di seluruh dunia dengan lebih dari 3.000 kematian.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan angka kejadian demam berdarah tertinggi di Asia Tenggara.

Sementara berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dilaporkan lebih dari 190.561 kasus dan 1.141 kematian pada minggu ke-36 tahun ini, meningkat dari 114.720 kasus dan 894 kematian pada tahun 2023.

Beban ekonomi akibat demam berdarah juga signifikan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan mengindikasikan pendanaan pada tahun 2023 mencapai Rp 1,3 triliun, meningkat tajam dari Rp 626 miliar pada tahun 2023.

Baca juga: Menggali Peran Vaksin Wolbachia dan Inovasi Teknologi Atasi Kasus DBD di Tanah Air

Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menegaskan pemerintah berkomitmen memerangi demam berdarah melalui upaya pencegahan terpadu.

Melihat peningkatan kasus yang terjadi pada tahun 2023 hingga 2024 menunjukkan perlunya upaya pencegahan yang lebih efektif dan inovatif, kata Dante.

Untuk itu, lanjut Dante, pemerintah menetapkan enam rencana nasional penanganan DBD. Enam lainnya, yaitu pengelolaan amplifikasi virus yang aman dan berkelanjutan; meningkatkan akses dan kualitas penanganan demam berdarah; dan memperkuat surveilans demam berdarah komprehensif dan penanganan kejadian luar biasa (KLB) yang reaktif.

Selain meningkatkan partisipasi berkelanjutan dalam masyarakat; memperkuat komitmen pemerintah, pengelolaan rencana strategis dan kemitraan;  serta pengembangan penelitian, intervensi, inovasi dan penelitian sebagai landasan pengelolaan kebijakan dan program berbasis bukti.

Meski begitu, menurut Dante, keberhasilan pencegahan DBD tidak hanya bergantung pada komitmen pemerintah saja, namun juga memerlukan dukungan semua pihak.

Baca juga: Mengidap demam berdarah bukan berarti kebal terhadap virus demam berdarah

Kolaborasi multidisiplin yang sinergis juga dinilai penting untuk memastikan pencegahan dan pengendalian demam berdarah dapat diterapkan secara efektif di seluruh Indonesia.

Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada PT Takeda Innovative Medicines yang telah mendukung peluncuran media dan talkshow ‘Kepemimpinan Indonesia dalam Melawan Demam Berdarah Dengue’, kata Dante. Kepemimpinan Indonesia mengatasi demam berdarah

SNPD 2021-2025 menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam pengendalian demam berdarah. Hal ini juga merupakan bentuk komitmen menyikapi Peta Jalan Neglected Tropical Diseases (NTD) 2020-2030 oleh WHO.

Tujuan pemberantasan demam berdarah pada tahun 2030 menjadi dasar kerja sama dan penciptaan strategi pencegahan demam berdarah.

Sejumlah program juga telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Diantaranya adalah inisiasi langkah pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus, Gerakan Jumantik Satu Rumah (G1R1J), serta langkah inovatif seperti pelepasan nyamuk ber-Wolbachia.

Baca juga: DBD Masih Jadi Masalah di Indonesia, Nyamuk Demam Berdarah Perlu Dikendalikan

Selain itu, pemerintah juga menjalin beberapa kerja sama multisektoral, salah satunya dengan menjadi tuan rumah International Arbovirus Summit 2024.

Kementerian Kesehatan RI bersama Konferensi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang didukung oleh Bio Farma, PT Takeda Obat Inovatif, World Mosquito Program dan pemangku kepentingan lintas sektor juga meluncurkan Koalisi Bersama ( KOBAR) Melawan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 2023 Tujuannya untuk membentuk penanganan DBD yang lebih luas di Indonesia.

Komitmen yang kuat terhadap pencegahan DBD tidak hanya datang dari pemerintah pusat, namun juga dari pemerintah daerah (Pemda). Misalnya saja ide Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) untuk melakukan vaksinasi terhadap 9.800 anak usia sekolah dasar (SD) di Kota Balikpapan. Tak berhenti sampai disitu, acara dilanjutkan ke Kota Samarinda.

Pada tanggal 14 September, Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo meluncurkan program serupa yang menyasar siswa sekolah dasar dan MI yang hanya didanai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sementara itu, Provinsi Probolinggo memiliki jumlah kasus DBD tertinggi kedua di Jawa Timur dengan 2.309 kasus pada Agustus 2024. Sedangkan Provinsi Jawa Timur sendiri merupakan provinsi dengan jumlah kasus DBD tertinggi kedua di seluruh Tanah Air.

Baca juga: Khasiat Vaksin Dengue Cegah Demam Berdarah

Misi pemberian vaksinasi demam berdarah kepada 1.120 siswa SD dimulai di wilayah kerja Puskesmas Paiton sebagai wilayah dengan kasus terbanyak di Kabupaten Probolinggo.

CEO PT Takeda Innovative Medicines Andreas Gutknecht mengatakan semua pihak harus terlibat aktif dalam pencegahan demam berdarah untuk membuat perbedaan.

“Pencegahan adalah kunci dalam memerangi demam berdarah. Ada tiga langkah yang bisa kita lakukan bersama, yaitu mengedukasi diri sendiri dan orang lain tentang demam berdarah dan pencegahannya, mengendalikan nyamuk dengan 3M Plus, dan menggunakan metode pencegahan yang inovatif seperti vaksin demam berdarah. “Bersama kita bisa membuat perbedaan,” kata Andreas.

Andreas melanjutkan, Takeda Indonesia berkomitmen untuk menjadi mitra jangka panjang dalam memerangi demam berdarah dengan pencegahan inovatif kami dan seterusnya.

“Kami bekerja sama dengan seluruh tingkat pemerintahan dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi keluarga dan masyarakat di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Baca juga: Menuju Tujuan Nol Kematian Akibat Demam Berdarah

Untuk berpartisipasi aktif dalam upaya tersebut, Presiden UKK Bidang Infeksi dan Penyakit Tropis, PP dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Anggraini Alam, SpA(K),  menjelaskan, masyarakat perlu mengetahui tanda dan gejala DBD.

Setidaknya ada tiga fase dalam tujuh hari proses pengobatan DBD, yakni. demam, tanda vital dan pemulihan.

“Fase kritis ditandai dengan turunnya suhu. “Jika ada salah satu tanda bahaya saja, seperti nyeri hebat pada perut, muntah, pendarahan, lemas atau gelisah, harus segera ke rumah sakit untuk mendapat penanganan lebih lanjut,” jelas dr. Malaikat

Sampai saat ini, kata Dr. Anggi melanjutkan, belum ada obat khusus untuk mengatasi DBD, sehingga pencegahan penting dilakukan.

Untuk itu upaya tersebut harus dimulai dari level terkecil yaitu diri sendiri dan keluarga. Gerakan 3M Plus dan vaksinasi merupakan langkah penting untuk melindungi keluarga dari ancaman penyakit DBD.

Baca juga: Takeda siap produksi 50 juta dosis vaksin DBD setiap tahunnya

Namun, untuk perlindungan terbaik, seseorang harus menerima dosis vaksin yang direkomendasikan oleh dokternya. Dengan cara ini, risiko keparahan demam berdarah dan rawat inap dapat dikurangi secara signifikan.

“Walaupun anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan tertular, namun remaja dan orang dewasa tetap memerlukan perlindungan karena penyebaran virus demam berdarah tidak dibatasi oleh usia, tempat tinggal seseorang, atau gaya hidup,” jelasnya.

Untuk melindungi Anda dan keluarga dari risiko demam berdarah, segera hubungi dokter jika Anda mengalami gejala seperti sakit perut atau muntah. 

Untuk informasi lebih lanjut mengenai DBD atau DBD, termasuk mitos dan fakta, serta langkah pencegahan lebih detail, termasuk pentingnya vaksinasi dan gerakan 3M Plus, kunjungi halaman Cegah DBD. Bersama-sama kita dapat melakukan bagian kita untuk memerangi penyebaran demam berdarah dan menjaga kesehatan masyarakat.

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top