Sosok Uskup Korban Penusukan Dalam Aksi Terorisme di Australia

Pada Senin (15/3/2024), patung pita hitam raksasa akan diresmikan di luar salah satu gedung ikonik Australia, Sydney Opera House. Proyeksi gambar tersebut merupakan penghormatan kepada para korban serangan teror di mal Westfield Bondi Junction Sydney dua hari sebelumnya.

Gambar pita hitam yang diproyeksikan seharusnya mendorong orang untuk berduka. Namun, ada penikaman lain di Sydney hari itu. Kali ini ia menyasar jemaah Gereja Kristus Gembala yang Baik, salah satu cabang Gereja Ortodoks Asiria.

Seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun menjadi tersangka dalam kasus penikaman tersebut. Setidaknya ada tiga korban dalam kasus tersebut (uskup, pastor, dan jemaah gereja). Mereka terluka.

Baca juga: Orang Prancis yang berperang melawan perusuh Sydney mendapat visa Australia

Kasus tersebut mendapat kecaman luas dari masyarakat. Peristiwa itu terjadi di tengah khotbah yang disiarkan secara langsung. Foto adegan berdarah tersebut pun langsung viral di media sosial.

Segera, sekelompok besar orang mencapai tempat itu. Warga meneriakkan “mata ganti mata” dan menuntut agar pelaku segera “dibawa keluar” dari gereja.

Protes tersebut berlangsung berjam-jam dan tidak terorganisir. Lebih dari 100 petugas polisi dari berbagai wilayah Sydney dikerahkan ke lokasi ledakan untuk memastikan kondisi yang menguntungkan.

Warga berang setelah beredar video yang menunjukkan pelaku mengkritik pernyataan uskup tentang agama tertentu karena ditahan oleh anggota gereja usai pendarahan. Situasi memanas setelah dikeluarkan pernyataan polisi keesokan harinya yang menyebut insiden tersebut sebagai aksi terorisme yang dilatarbelakangi oleh ekstremisme agama.

Banyak warga yang memanfaatkan gerakan ini untuk mengungkapkan kebenciannya terhadap umat beragama lain. Bahkan, polisi sendiri tidak merinci agama pelaku.

Uskup yang menjadi korban terkenal di media sosial

Kegaduhan pasca penikaman disebut-sebut dipicu oleh ketegangan masyarakat yang belum mereda sejak penikaman di pusat perbelanjaan Westfield dua hari sebelumnya. Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengimbau masyarakat untuk tidak main hakim sendiri.

“Kami memahami tekanan dan kekhawatiran masyarakat, terutama setelah kejadian tragis di Bondi Junction pada hari Sabtu,” kata Albanese kepada wartawan, merujuk pada pusat perbelanjaan Westfield Bondi Junction.

Kehebohan pun muncul karena salah satu korban yakni Uskup Mar Mari Emmanuel terkenal di berbagai platform media sosial.

Emmanuel lahir dan besar di Irak dalam keluarga Kristen yang taat. Pada tahun 1980an, ia pindah ke Australia bersama orang tuanya. Dia ditahbiskan sebagai uskup pada tahun 2011. Dia sekarang menjadi pemimpin gereja tempat penikaman itu terjadi.

Khotbahnya disiarkan secara rutin di Facebook dan YouTube gereja. Kedua platform gereja tersebut memiliki lebih dari 240.000 pengikut.

Uskup berusia 53 tahun itu menerima penghargaan dari YouTube tahun lalu karena mencapai 100.000 pelanggan. Ini juga sangat populer di kalangan anak muda di TikTok. Sebagai orang yang religius di Internet, kritik dan ujaran kebencian sudah menjadi menu kesehariannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top