Soal Pembangunan IKN, Eks Wamenlu: Jangan Dikaitkan Politik, Ambisius, dan Ketergantungan Pihak Lain

JAKARTA, virprom.com – Pendiri sekaligus Presiden Direktorat Politik Luar Negeri Masyarakat Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal memberikan tiga usulan terkait pengembangan ibu kota nusantara (IKN).

Pertama, menurut Dino, sebaiknya pengembangan IKN tidak dikaitkan dengan jadwal siklus politik nasional. Tujuannya adalah untuk menghindari beberapa risiko di masa depan

“Pertama, perkembangan IKN tidak boleh dikaitkan dengan jadwal siklus politik Indonesia. Tidak perlu dilakukan percepatan pembangunan IKN yang praktis sudah dimulai sekitar tiga tahun lalu, agar siap digunakan sebelum pergantian pemerintahan pada Oktober 2024, “kata Dino dalam keterangan yang diunggah di akun Instagram resminya @dinopatidjalal sebagai dikonfirmasi virprom.com, Sabtu (15/4/2024).

“Karena dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu,” tegasnya.

Baca juga: Pertengahan Juli, Air di IKN Bisa Langsung Diminum

Ia melanjutkan, membangun kota, apalagi ibu kota negara, merupakan pekerjaan yang sangat besar dan sangat kompleks.

Dan dari segi perencanaan, pendanaan, infrastruktur, kependudukan, transisi birokrasi, keamanan strategis dan sebagainya. Oleh karena itu, Dino menyarankan agar IKN tetap berjalan terlepas dari dinamika politik Jakarta.

“Tanpa tanggal kadaluwarsa, harus siap pakai dalam 3 atau 4 tahun,” ujarnya.

Dino kemudian mencontohkan, pembangunan ibu kota administratif Korea Selatan, Kota Sejong, setidaknya membutuhkan waktu 10 tahun untuk menampung kantor-kantor pemerintahan.

Saat ini pun belum semua kementerian pindah meski jaraknya hanya 120 kilometer dari Seoul.

Baca juga: Akibat Proyek IKN, Warga Palu Terpapar Debu dan Hasil Tangkapan Ikan Berkurang, Ceritanya…

Kedua, kata Dino, pemerintah tidak boleh berambisi menjadikan IKN sebagai kota internasional.

Cara berpikir mengenai perkembangan IKN perlu diredefinisi, khusus untuk masyarakat Indonesia, bukan untuk dunia internasional. Menurut Dino, IKN tidak memerlukan validasi dari negara lain.

“Dan kita tidak boleh mengundang warga negara asing untuk transfer ke IKN. Kehadiran perguruan tinggi nasional di IKN misalnya, jauh lebih penting dibandingkan kehadiran kampus internasional,” ujarnya.

“Hotel-hotel bermerek Indonesia harus mendominasi IKN. Jangan sampai lebih banyak perusahaan internasional yang berkantor di IKN dibandingkan lokal karena akan mempengaruhi rasa keadilan ekonomi,” kata mantan Juru Bicara Kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

Baca Juga: Waktu Perjalanan Bandara VVIP ke Kawasan Pemerintahan IKN 20 menit

Singkatnya, tegasnya, IKN harus menjadi ibu kota bangsa Indonesia, oleh bangsa Indonesia, dan bangsa Indonesia.

Jika IKN tumbuh pesat, dunia internasional otomatis akan sadar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top