Siapa Ebrahim Raisi, Presiden Iran yang Tewas dalam Kecelakaan Helikopter?

Presiden Iran, Ebrahim Raisi, telah lama dipandang sebagai anak didik pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, dan calon penerus Khamenei dalam teokrasi Syiah di negara tersebut.

Raisi dikabarkan tewas dalam kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5/2024). Menurut laporan kantor berita Iran IRNA, Raisi menaiki helikopter setelah membuka bendungan di perbatasan Iran-Azerbaijan dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.

Baca Juga: Presiden Iran Ebrahim Raisi Tewas dalam Kecelakaan Helikopter, Ini Daftar Korban Lainnya

Helikopter yang ditumpanginya jatuh di hutan Dizmar antara kota Varzakan dan Jolfa di provinsi Azerbaijan Timur, dekat perbatasan Iran-Azerbaijan. Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi awalnya mengatakan helikopter tersebut melakukan pendaratan darurat karena badai dan kabut. Siapakah Ibrahim Raisi?

Raisi lahir di kota Masyhad, di Iran timur pada tahun 1960 di sebuah keluarga yang taat beragama. Ia terpesona dengan semangat revolusi Islam Iran yang menggulingkan monarki negara itu pada tahun 1979.

Raisi adalah seorang pendeta. Raisi awalnya meniti karir di sistem peradilan Iran dan menjabat sebagai jaksa di beberapa kota. Dia kemudian diangkat sebagai hakim tertinggi Iran. Dia diyakini menjadi bagian dari sebuah komite kecil yang memerintahkan eksekusi ribuan pembangkang politik pada tahun 1988.

Dituding melakukan pelanggaran HAM selama puluhan tahun, Raisi menjadi sasaran sanksi berat Amerika Serikat (AS).

Ebrahim Raisi mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2017 tetapi gagal melawan Hassan Rouhani, seorang ulama yang relatif moderat yang menandatangani perjanjian nuklir Teheran tahun 2015 dengan negara-negara besar sebagai presiden.

Baca juga: Apa yang Terjadi Setelah Kematian Presiden Iran?

Pada tahun 2021, Raisi akan kembali mengikuti pemilu. Pencalonannya berarti semua calon lawannya didiskualifikasi. Dia akhirnya memenangkan hampir 62 persen dari 28,9 juta suara yang diberikan dalam pemilu. Angka tersebut merupakan persentase partisipasi pemilih terendah sepanjang sejarah Republik Islam. Jutaan orang tinggal di rumah dan yang lainnya membatalkan partisipasi mereka dalam pemungutan suara.

Raisi mendapat tantangan ketika ditanya pada konferensi pers setelah pemilihannya tentang eksekusi tahun 1988, yang merupakan persidangan ulang palsu terhadap tahanan politik, tersangka militan, dan lainnya. Eksekusi tersebut didasarkan pada keputusan yang kemudian dikenal sebagai “komisi kematian” pada akhir perang berdarah antara Iran dan Irak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top