Sejarah Lebanon, dari Peradaban Fenisia hingga Konflik Modern di Timur Tengah

LEBANON telah lama menjadi pusat perdagangan utama di Timur Tengah karena tingkat melek huruf yang tinggi dan budaya bisnis tradisional.

Wilayah ini juga menjadi pusat konflik karena letaknya yang strategis di Timur Tengah, saat ini berbatasan dengan Suriah dan Israel, serta struktur sosialnya yang unik dan kompleks.

Muslim Syiah, Sunni, Kristen, dan Druze kini menjadi populasi besar di negara ini, yang telah menjadi tempat perlindungan bagi kelompok etnis lokal selama berabad-abad.

Baca juga: Israel Perintahkan Evakuasi Lebanon untuk Pertama Kalinya, Umumkan Serangan ke Hizbullah Sasaran Peradaban Fenisia

Terletak di Mediterania timur, Lebanon memiliki sejarah yang kaya dan kompleks. Wilayah yang sekarang disebut Lebanon ini secara historis dihuni oleh berbagai kelompok etnis.

Salah satu kelompok tertua yang tinggal di wilayah tersebut adalah bangsa Fenisia (Fenisia), yang dikenal sebagai pelaut dan pedagang terampil. Mereka tinggal di pantai Lebanon. E. K.

Bangsa Fenisia dikenal karena menciptakan sistem alfabet terbanyak yang menjadi dasar banyak alfabet modern.

Bangsa Fenisia terkenal tidak hanya karena keahlian mereka dalam perdagangan dan eksplorasi, tetapi juga karena kemampuan mereka mendirikan koloni di sepanjang Laut Mediterania, seperti Kartago di Afrika Utara. Namun mereka tidak pernah membangun kerajaan besar.

Wilayah mereka terdiri dari kota-kota mandiri seperti Tirus, Sidon dan Byblos. Kota-kota tersebut sering berinteraksi dengan kekuatan lain di kawasan, seperti Mesir dan Babilonia, namun tetap mempertahankan identitas dan otonominya.

Akhirnya, wilayah Fenisia, termasuk Lebanon, ditaklukkan dan dijajah oleh kerajaan-kerajaan besar yang ada. Dari Mesir kuno, Asyur, Babilonia, Persia, lalu Makedonia, Roma hingga Ottoman, kerajaan Alexander Agung menguasai wilayah mereka secara bergantian.

Namun kebudayaan Fenisia tetap bertahan dan terus memberikan pengaruh, terutama dalam hal perdagangan dan budaya maritim. Periode Yunani, Romawi dan Bizantium

Setelah penaklukan Alexander Agung, wilayah Fenisia, termasuk Lebanon, menjadi bagian dari kerajaan Seleukia dan kerajaan penerus Makedonia. Wilayah Seleukia mencakup sebagian besar bekas kekaisaran Alexander di Asia, termasuk wilayah Lebanon, Lebanon modern, Palestina, dan Israel modern. 

B. e. Pada abad ke-1, kawasan ini berada di bawah kekuasaan Romawi. Kekaisaran Romawi memasukkan Lebanon ke dalam provinsi-provinsi Suriah, dan kota-kota seperti Beirut (Berytus) berkembang di bawah pemerintahan Romawi. Beirut menjadi pusat hukum dan pendidikan regional.

Selama pemerintahan Romawi, infrastruktur penting seperti jalan raya, kuil dan kolam dibangun di Lebanon. Salah satu situs paling terkenal dari periode ini adalah Kuil Jupiter di Baalbek, salah satu kuil Romawi terbesar di dunia. Kuil ini merupakan simbol kemakmuran Romawi di Timur Tengah.

Selain itu, perdagangan dan pertanian di Lebanon juga berkembang pesat pada masa Romawi, dengan produk seperti kayu cedar dan anggur menjadi komoditas penting.

Namun setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 M, Lebanon jatuh ke tangan Kekaisaran Bizantium yang berpusat di Konstantinopel (sekarang Istanbul). Kekuasaan Bizantium berlanjut selama berabad-abad, dan Lebanon mulai mengalami perubahan besar, terutama dengan bangkitnya agama Kristen.

Lebanon menjadi pusat penting pekerjaan misionaris Kristen. Gereja dan pagoda mulai dibangun di seluruh wilayah. Namun permasalahan eksternal, termasuk agresi Arab, mulai mengancam stabilitas kawasan. Masa pemerintahan Arab

Pada abad ke-7, setelah munculnya Islam di Jazirah Arab, Lebanon berada di bawah kendali Kekhalifahan Umayyah dan kemudian Kekhalifahan Abbasiyah. Pengaruh Islam membawa perubahan signifikan dalam struktur sosial dan politik Lebanon.  Banyak masyarakat lokal yang pindah, meskipun komunitas Kristen masih besar.

Lebanon adalah bagian dari provinsi Syam, yang berbatasan dengan Suriah, Yordania, dan Palestina.

Selama pemerintahan Arab, Lebanon adalah wilayah yang damai dan makmur, dan kota-kota pesisirnya menjadi pusat perdagangan utama. Druze, agama minoritas berdasarkan Islam, muncul dan menetap di pegunungan Lebanon pada abad ke-11.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top