Sandiaga Uno dan Kegagalan PPP Lolos ke Parlemen, “Bukan Saatnya Cari Biang Kerok”

JAKARTA, virprom.com – Bergabungnya Sandiaga Uno ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) jelas tidak sebanding dengan perolehan suara Partai Ka’bah pada pemilihan parlemen (Pileg) 2024.

Sandiaga Uno yang beranggotakan generasi muda jelas gagal menarik mayoritas pemilih muda untuk memilih PPP pada pemilihan umum (Pemilu) 2024.

Berdasarkan statistik Komisi Pemilihan Umum (KPU), Partai Rakyat hanya memperoleh 5.878.777 suara pada pemilu parlemen 2024 atau setara dengan 3,87% total pemilih nasional.

Pemungutan suara ini berarti, untuk pertama kalinya, PPP tidak mencalonkan Snayan pada masa jabatan 2024-2029 karena tidak memenuhi standar ambang batas parlemen sebesar 4% yang diatur dalam Undang-Undang (UU) Pemilu.

Selain itu, Mahkamah Konstitusi baru-baru ini menolak semua perselisihan yang diajukan oleh Kepolisian Nasional Filipina terkait hasil pemilu kongres tahun 2024.

Baca juga: Tak Ada Jalan Lain Agar DPP Masuk Parlemen

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Praitno menilai Sandiaga tak lagi menjadi sumber suara PPP setelah Sandiaga dipastikan tak maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Bahkan, ketika Sandiaga Uno bergabung, PPP mendapat respon yang cukup positif, semakin elektabilitas, dan langsung memulai pembahasan untuk ikut serta dalam Pilpres 2024.

“Ketika situasi politik berubah total dan Sandiaga diperkirakan tidak bisa bergerak pelan-pelan pun, maka masyarakat secara umum tidak akan lagi mengasosiasikan PPP dengan Sandiaga,” kata Adi kepada News Chat virprom.com. program pada Selasa (6 November 2024).

Kemudian, menurut Adi, masyarakat menilai Sandia Gauno bukan cerminan PPP. Mengingat PPP memiliki ideologi yang unik sejak didirikan pada tahun 1973, maka keduanya tampak berbeda.

Baca juga: PPP Gagal Lolos Parlemen karena Gagal Hadapi Perubahan Jumlah Pemilih

Apalagi di kalangan profesional, Sandiaga tidak dianggap sebagai anggota partai politik tertentu.

“Sandy itu populer ya. Memang tidak bisa dipungkiri Sandy identik dengan anak muda. Tapi hal itu tidak memungkinkan kita memanfaatkan fakta bahwa Sandy adalah anggota Partai Rakyat,” kata Addy.

“Dengan demikian, Sandy dan PPP dianggap sebagai bagian dari dua spektrum yang tampak terpisah satu sama lain,” lanjutnya.

Namun, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menegaskan, kini bukan saatnya mencari biang keladi kegagalan PPP lolos ke parlemen. Di sisi lain, KPS harus memulai perbaikan internal.

“Tetapi bagi saya sudah tidak penting lagi mencari siapa yang harus disalahkan atas kegagalan PPP lolos ke parlemen. Ini tentu kesalahan kolektif dan harus ada tanggung jawab bersama,” kata Adi. “

BACA JUGA: Semua gugatan asli yang diajukan ke Mahkamah Konstitusi, PPS dihapus dari DPR

Ia menegaskan, Partai Rakyat harus mulai bekerja keras menciptakan model komunikasi politik yang dapat diterima oleh generasi muda atau pemilih muda. Namun pada saat yang sama, mereka tetap mempertahankan pemilih setianya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top