Rupiah Alami Tekanan Hebat, Said Abdullah Paparkan 7 Poin yang Perkuat Kebijakan Perekonomian

virprom.com – Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Said Abdullah mengatakan, beberapa mata uang lokal banyak mendapat tekanan sejak The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat (AS). memberlakukan suku bunga tinggi.

Said mengatakan, mata uang Rupee termasuk salah satu yang terdampak. Katanya, saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.317-16.483.

“Dibandingkan tahun lalu, posisi rupee melemah 5,25 persen. Tren ini didorong oleh kondisi eksternal dan internal, kata Said dalam catatannya, Selasa (18/6/2024).

Di dalam negeri, kata Said, sejak pandemi Covid-19, investor asing mulai menarik diri sebagai pembeli Surat Utang Negara (SBN).

Baca Juga: Beri Catatan APBN 2025, Said Abdullah Ingin Isu Hilirisasi dan Kemandirian Pangan Jadi Fokus Utama

Ia mengatakan, nilai investor asing pada tahun 2019 mencapai 38,5%. Namun setahun kemudian, hanya mencapai 25,1 persen. Sedangkan pada akhir Mei 2024 tersisa 14 persen.

Menurut dia, keluarnya investor asing di SBN menyebabkan cadangan dolar AS turun.

Said juga menjelaskan alasan lain turunnya nilai rupiah, yakni harga ekspor utama Indonesia seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO) tidak akan setinggi tahun 2022.

“Sejak pertengahan 2023 hingga saat ini, harga batu bara hanya berkisar US$120 per ton.  Bahkan sejak awal kuartal II-2022 hingga kuartal I-2023, harga batu bara berada di level $400 per ton, kata Said.

Baca Juga: Tentang RAPBN 2025, Said Abdullah menyoroti masalah kemiskinan, keterbelakangan, dan pendidikan.

“Seperti batu bara, harga CPO pada 2022 berada di level 4.200-4.400 ringgit per ton, sedangkan harga saat ini hanya mencapai 3.800-3.900 ringgit per ton. Penurunan dua komoditas utama Indonesia ini tidak membuat dompet devisa negara semakin gemuk, lanjutnya.

Pada saat yang sama, Saeed mengatakan pemerintah juga membuka keran impor. Menurut dia, derasnya arus impor membuat aliran dolar AS semakin deras.

Bahkan, kata dia, tidak hanya rupiah yang mengalami pelemahan, beberapa industri dalam negeri seperti tekstil juga mengalami kebangkrutan dan PHK.

Di luar negeri, kata Said, perekonomian AS membaik akibat inflasi pada tahun 2022.

Baca Juga: Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah Dukung Megawati Soekarnoputri Bali Jadi Ketua Umum PDIP

Menurut dia, menguatnya perekonomian Amerika membuat investor memilih keluar dari Indonesia dan tidak ada mata uang baru.

Akibat situasi tersebut, pada tahun 2023 neraca transaksi berjalan Indonesia mengalami defisit sebesar US$1,6 miliar. Padahal, defisit perdagangan pangan Indonesia pada tahun 2023 sebesar US$5,3 miliar. dikatakan.

Hal ini diperparah dengan menurunnya daya beli masyarakat. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top