Riset Puskapol UI: Perempuan Cenderung Lebih Hati-Hati Ikut Korupsi Dibanding Laki-Laki

JAKARTA, virprom.com – Pusat Ilmu Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) mengungkapkan, perempuan yang menjadi pejabat politik lebih waspada menerima korupsi.

Direktur Puskapol UI Houria mengatakan, penemuan itu merujuk pada pemeriksaan ratusan anggota KPU, Bawaslu, dan DPR di pusat dan daerah.

“Karena mereka lebih menekankan pada pertimbangan moral, standar, dan beban domestik yang ditanggung perempuan,” kata Houria dalam acara debat di Tibet, Jakarta, Rabu (7/10/2024).

Menurut Houria, peserta penelitiannya melaporkan bahwa beban kasus korupsi lebih tinggi menimpa perempuan dibandingkan laki-laki.

Ia juga mencontohkan kasus anggota DPR RI Angelina Sondakh dan mantan Gubernur Bentin, Ratu Atut Chusiah, misalnya, di mana penjahat perempuan lebih banyak ditampilkan di media pemerintah dibandingkan penjahat laki-laki.

Baca Juga: Riset Puskapol HÍ: Korupsi di Lembaga Pemilu Lebih Banyak Dipengaruhi Laki-Laki

“Hanya ada sedikit contoh orang yang diledakkan,” kata Houria.

Meski jumlah laki-laki yang ditangkap dalam kasus korupsi lebih banyak dibandingkan perempuan.

Misalnya, dari 18 kasus korupsi di KPU sepanjang 2003-2019, hanya 1 perempuan yang terlibat. Bersamanya ada 29 pria lainnya.

Selain itu, dari 13 kasus korupsi di Boasla pada tahun 2013-2023, 13 orang adalah laki-laki dan 4 orang adalah perempuan. Identitas 11 penjahat tersebut belum diketahui.

Sementara itu, dari 76 kasus korupsi di DPR RI pada tahun 2004 hingga 2023, 62 orang pelakunya laki-laki dan 11 orang perempuan.

Baca Juga: Perempuan Korban Korupsi Terbesar, Begini Cara Menghentikannya

62 hingga 11. Jadi sekitar enam kali lebih banyak. “Perempuan 5 kali lebih sedikit,” kata Horiya.

Houria mengatakan, berdasarkan penelitiannya, mayoritas laki-laki dipenjara karena patronase laki-laki.

Banyaknya laki-laki yang berkuasa memberikan peluang terjadinya korupsi.

Menurutnya, data tersebut dapat menjadi pintu masuk bagi organisasi masyarakat sipil untuk mendorong lebih banyak perempuan menduduki posisi strategis di DPRRI dan DPRD.

“Temuan kami juga menguatkan temuan penelitian sebelumnya bahwa jaring pengaman laki-laki justru berdampak pada peningkatan korupsi dan membatasi partisipasi perempuan,” kata Houria.

Baca Juga: Ada Perdebatan Soal Inklusi Gender Pengurus KPK

Survei dilakukan terhadap 205 anggota KPU dan Bavaslu di daerah tersebut dengan mempertimbangkan demografi responden.

Selain itu, Puskapol UI juga melakukan wawancara mendalam terhadap enam kategori informan yaitu DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota, anggota Bawaslu RI, anggota KPU dan KPI, anggota Bawaslu serta ulama dan aktivis. .

Houria menjelaskan, dalam penelitian ini pihaknya menggunakan pendekatan psikologi politik untuk mengkaji kecenderungan individu melakukan korupsi dan antikorupsi.

“Kami tertarik untuk melihat apakah perempuan secara psikologis memiliki kemungkinan lebih kecil untuk terlibat dalam korupsi,” katanya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top