Riset Puskapol UI: Korupsi di Lembaga Pemilu Lebih Banyak Melibatkan Laki-laki

JAKARTA, virprom.com – Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) Huria mengungkapkan, jumlah laki-laki yang terlibat kasus korupsi lebih banyak dibandingkan perempuan.

Informasi yang disampaikan Hariya merujuk pada kasus korupsi di lembaga legislatif DPRD, serta di Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (BAVASLO) sebagai lembaga penyelenggara pemilu.

“Penyidikan kami mengungkap sedikitnya 18 kasus korupsi di KPU pada tahun 2004 hingga 2019 dan 13 kasus korupsi di Bawaslu pada tahun 2013 hingga 2023,” kata Houria di Jakarta, Rabu (10/7/) dalam debat tersebut. peristiwa. 2024).

Dugaan kami terbukti. Ada 29 laki-laki dan hanya satu perempuan yang terlibat dalam 18 kasus korupsi di KPI, tambahnya.

Puskapol UI juga berhasil memperoleh data yang menunjukkan jumlah korupsi di Bavaslu didominasi laki-laki.

Baca Juga: Komisioner Kelima KPU Vahiyo Satyawan Disangkakan di KPK

Sejak tahun 2013 hingga 2023, terdapat 13 laki-laki dan hanya 4 perempuan yang melakukan korupsi.

Sedangkan 11 orang lainnya hanya memiliki inisial dan tidak ada keterangan identitasnya.

“Tidak mudah bagi penyelenggara pemilu untuk mendapatkan informasi,” kata Houria.

Houria mengatakan, data yang diperoleh Puskapol UI mencerminkan pola umum bahwa perempuan lebih sedikit terlibat dalam korupsi dibandingkan laki-laki.

Ia juga menegaskan, perempuan bukanlah aktor protagonis dalam kasus korupsi, melainkan aktor pendukung.

Baca juga: Status Parpol Peserta Pemilu 2024 dan Sekilas Nominal Korupsi

Skala korupsinya tidak sebesar kasus korupsi yang melibatkan aktor laki-laki. Ini tren yang kami amati di KPU dan Bavaslu, kata Horiya.

Selain itu, menurut data Komisi Pemberantasan Korupsi, sepanjang tahun 2004 hingga 2023, terdapat 76 kasus korupsi di DPR RI dan DPRD provinsi dan kabupaten/kota.

62 pria menjadi tersangka dalam puluhan kasus. Sedangkan perempuan hanya berjumlah 11 orang.

“62 berbanding 11. Jadi hampir enam kali lipat (lebih banyak laki-laki). Lima kali lebih sedikit perempuan,” kata Houria.

Baca juga: Perempuan Paling Terdampak Korupsi, Bagaimana Cara Menghentikannya.

Survei ini dilakukan terhadap 205 anggota CPI provinsi dan Bavaslu, dengan mempertimbangkan demografi responden.

Selain itu, pihaknya juga melakukan wawancara mendalam terhadap enam kategori informan, antara lain DPR RI, DPRD provinsi dan kabupaten/kota, anggota Bawaslu RI, anggota KPU dan KPI, anggota Bawaslo, serta akademisi dan aktivis. .

Houria menjelaskan, dalam penelitian tersebut pihaknya menggunakan psikologi politik untuk melihat korupsi dan kecenderungan individu dalam pemberantasan korupsi.

“Kami tertarik untuk melihat apakah perempuan secara psikologis tidak terlalu rentan terhadap praktik korupsi,” katanya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top