Riset: 96 Persen Karyawan di Indonesia Rela Potong Gaji demi Bisa WFA

PALO ALTO, virprom.com – Pekerja berpengetahuan di Indonesia semakin mencari pengalaman kerja yang dipersonalisasi.

Bahkan, banyak pekerja yang rela dipotong gajinya untuk bekerja di mana saja (WFA).

Hal tersebut terungkap dalam studi terbaru Hewlett Packard (HP) Work Relationship Index 2024 yang diumumkan di kantor pusat HP di Palo Alto, San Francisco, AS pada Selasa (24 September 2024), dan diliput langsung oleh reporter Compastechno. , Resca Nistanto.

HP mensurvei 1.000 pekerja pengetahuan, 200 pengambil keputusan TI, dan 100 pemimpin bisnis di Indonesia untuk studi Work Relationship Index 2024 yang dilakukan pada 10 Mei hingga 21 Juni di 12 negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Perusahaan memberikan iPhone 16 Pro gratis kepada karyawan dan peserta pelatihannya.

Hasilnya, sekitar 76% pekerja terampil di Indonesia melaporkan bahwa peran mereka kini telah berubah sesuai dengan kebutuhan mereka.

Pergeseran ke arah pendekatan yang lebih personal ini mendapatkan momentum ketika karyawan mencari fleksibilitas, keseimbangan kehidupan kerja, dan kepuasan kerja.

Data terbaru menunjukkan bahwa 87% pekerja terampil di Indonesia percaya bahwa personalisasi di tempat kerja akan meningkatkan hubungan mereka dengan pekerjaan.

Proporsi yang sama juga setuju bahwa pengalaman kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka akan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.

Hal ini menunjukkan keinginan yang jelas dari perusahaan untuk menciptakan solusi khusus bagi karyawannya.

Praktik ini tidak hanya berlaku pada karyawan. Hampir 90% pemimpin bisnis di Indonesia juga menginginkan pengalaman kerja yang dipersonalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa perlunya penyesuaian berdampak pada pengambil keputusan di semua tingkatan.

Manfaat personalisasi menjadi semakin jelas. 86% karyawan mengatakan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka akan mendorong mereka untuk bertahan lebih lama di perusahaan saat ini.

Baca Juga: Studi: Gen Z adalah WFA dan bersedia membayar upah minimum selama mereka bisa sehat mental.

Fokus pada personalisasi ini mengubah cara karyawan memandang kompensasi.

Faktanya, 96% pekerja informasi di Indonesia mengatakan mereka bersedia menyerahkan sebagian gajinya jika mereka bisa mendapatkan lebih banyak fleksibilitas dan personalisasi dalam bekerja, seperti pekerjaan berbasis WFA.

Pertukaran ini mencerminkan semakin pentingnya manfaat non-moneter di tempat kerja saat ini.

Rata-rata, karyawan bersedia menyerahkan sekitar 14 hingga 15 persen gajinya untuk berbagai tunjangan pekerjaan.

Misalnya, 15% pekerja bersedia mengorbankan sebagian pendapatan mereka demi kebebasan bekerja kapan pun mereka mau, dan persentase yang sama akan mengorbankan gaji mereka demi keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik atau akses terhadap teknologi dan inovasi terkini bersedia untuk bertukar.

Demikian pula, 14% karyawan bersedia mengorbankan sebagian gajinya untuk bekerja di tempat yang mereka sukai, meningkatkan keterlibatan dan kepuasan karyawan, serta memilih pengalaman kerja yang lebih sesuai dengan preferensi mereka.

Baca Juga: Studi: Gen Z adalah WFA dan bersedia membayar upah minimum selama mereka bisa sehat mental.

Ketika dunia usaha di Indonesia terus beradaptasi terhadap perubahan ekspektasi karyawan, dorongan untuk melakukan personalisasi menjadi faktor kunci dalam retensi dan kepuasan karyawan.

Perusahaan yang menggunakan solusi kerja yang disesuaikan untuk karyawannya tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja, namun juga mendapatkan loyalitas jangka panjang dari karyawannya. Dengarkan berita terbaik dan berita yang dipilih dengan cermat langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk masuk ke saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top