Rapat Paripurna DPD Ricuh, Senator Papua: Kekecewaan terhadap Kepemimpinan La Nyalla

Jakarta, virprom.com – Anggota DPD RI Daerah Pemilihan (Dapil) Papua Yoris Laweyai mengatakan, kegaduhan yang terjadi pada momen Rapat Paripurna DPD RI, Jumat (7 Desember 2024) merupakan akibat dari evaluasi pimpinan. La Gnarra Mattaritti dan Nono Zampono.

LaNyalla adalah ketua DPD dan Nono adalah wakil ketua.

Joris mengatakan keduanya memberikan contoh klasik otoritarianisme dan eksklusi pada periode 2019-2024.

“Ini reaksi mayoritas anggota DPD dan tidak bisa dibendung lagi. Kekecewaan demi kekecewaan terhadap gaya kepemimpinan Pak Park Ranyala dan Pak Nono yang otoriter dan tertutup sudah menumpuk sejak lama, reaksinya berkembang,” kata Yoris dalam keterangannya, Senin (15 Juli 2024).

Baca juga: Rapat DPD RI Kisruh, Para Senator Tak Setuju Pengesahan Standing Order

Ketua Komite II DPD menjelaskan, sejak awal seluruh anggota DPD mempunyai harapan yang tinggi terhadap kepemimpinan untuk memajukan organisasi.

Namun seiring berjalannya waktu, rasanya perubahan tidak terjadi.

Sebaliknya, lanjut Yoris, DPD bersifat self-governing, tertutup dan bersifat memaksa.

“Pak Paku La Nyara dan Pak Paku Nono telah memposisikan lembaga DPD sebagai organisasi tersendiri, dimana suara dan aspirasi yang kritis dan berbeda-beda dari para anggotanya cenderung diabaikan,” kata Yoris.

Dia mengatakan, puncak kekhawatiran para senator adalah apa yang diungkapkan pada rapat paripurna DPD kemarin.

Peraturan perundang-undangan versi perubahan yang hendak disahkan dalam rapat paripurna tidak melalui mekanisme dan prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan DPD RI Nomor 1 Tahun 2022 tentang Aturan Acara.

“Kode Etik ini dibuat untuk mengatur dan mengatur kinerja DPD agar dapat memberikan dampak sebesar-besarnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, Kode Etik tersebut harus dicantumkan, dipahami, dan disepakati,” kata Joris.

Baca juga: Ingin Presiden Terpilih Kembali di MPR, La Nyala Ngotot Gelar Sidang Istimewa Usai Prabowo Menjabat

Lebih lanjut, Pak Yoris menilai Pak Ranyala dan Pak Nono Sampono tidak mampu memimpin DPD.

Sebab, menurutnya, perubahan kode etik yang akan disahkan akan lebih sesuai dengan kepentingan individu dan kelompok.

Lebih lanjut, Pak Yolly diketahui menyatakan kedua orang tersebut merupakan calon pimpinan DPD berikutnya.

“Jika gaya kepemimpinan Pak Paku Ranyala dan Pak Paku Nono ini terus berlanjut, bisa dibayangkan betapa besar kerugian yang ditimbulkan pada lembaga DPD ke depan,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top