[POPULER JABODETABEK] Pedagang Pelat Mengaku Enggan Terima Pesanan Pelat Nomor Palsu | Warga Sebut Tapera Hanya Mempertimbangkan Kebutuhan Pemerintah

JAKARTA, virprom.com – Sepanjang Senin (6/3/2024) berbagai isu terkait pemberitaan virprom.com mewarnai Jabodetabek.

Artikel yang mengaku pedagang pelat nomor enggan menerima pesanan pelat nomor palsu menjadi berita yang paling banyak dibaca pembaca virprom.com di kanal Metropolitan.

Apalagi, artikel warga tersebut banyak dibaca karena Tapera hanya mempertimbangkan kebutuhan pemerintah.

Baca Juga: Mediasi Berhasil, Mantan Warga Kampung Byam dan Jackpro Sepakat Berdamai

Sementara itu, pemberitaan mengenai rekomendasi pemerintah untuk menaikkan subsidi perumahan di luar ketentuan Tapera menarik perhatian dan dibaca secara luas.

Tiga berita di atas masuk dalam daftar berita populer Jabodebek, berikut penjelasannya: 1. Plat Nomor Palsu Merajalela di Jakarta, Pedagang: Saya Tak Berani Kalau Tak Sesuai STNK

Praktek jual beli plat nomor kendaraan palsu masih marak terjadi di Jakarta.

Namun tidak semua dealer plat nomor sepeda motor bersedia menerima pesanan pembuatan plat nomor yang tidak sesuai dengan nomor yang tertera di STNK atau BPKB.

Baca Juga: Banyak Pengendara Gunakan Plat Nomor Palsu, Sosiolog: Itu Tunjukkan Keangkuhan dan Kecemburuan Sosial

Salah satunya adalah Ardi (23). Dealer pelat nomor kendaraan di Jalan Mataraman, Jakarta Timur ini mengaku enggan menerima pesanan pelat nomor palsu karena takut akan sanksi pidana.

“Pokoknya sama STNK. Kalau tidak sama, saya tidak berani, takutnya nanti saya sekolah,” ujarnya saat ditemui virprom.com, Senin (6/3). /2024). Baca lebih lanjut di sini. 2. Warga Negara: Tapera hanya mempertimbangkan kebutuhan pemerintah, masyarakat hanyalah roda pemuas hasrat kekuasaan

Beberapa pekerja sektor swasta di Jakarta mengeluhkan pemotongan gaji untuk Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Diantaranya adalah Ayu (30), seorang pegawai swasta yang mendapat gaji Rp 5-6 juta per bulan. Menurutnya, ia harus mencari pekerjaan sampingan untuk mencari nafkah di ibu kota dengan gaji sebesar itu.

Baca juga: Penolakan Tapera, Sentuhan Pekerja Kasus Korupsi Asabri dan Jeevasharya

Karena itu, Ayu menilai pemerintah tidak mempertimbangkan kondisi masyarakat sebelum mengeluarkan kebijakan terkait tapera.

Pendapatnya (Program Tapera) hanya mempertimbangkan kebutuhan pemerintah. Saat dihubungi, Minggu (6/2/2024), Ayu mengatakan, Masyarakat adalah roda pemuas nafsu berkuasa. Baca selengkapnya di sini 3. Pemerintah disarankan untuk meningkatkan subsidi perumahan lebih dari kebutuhan Tapera

Masyarakat yang saat ini mencicil rumah mereka mengeluhkan rencana pemerintah yang memotong iuran Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) dari gaji mereka.

Pekerja Ayu (30), yang kini mencicil rumahnya, mengaku keberatan jika gajinya harus dipotong lagi untuk membayar iuran tapera.

Baca Juga: Tapera, Tolak Warga: Kesan Terpaksa Miliki Rumah Meski Banyak Kebutuhan Lain

Menurutnya, jika pemerintah ingin membantu masyarakat memiliki rumah, masih banyak cara lain.

“(Dibandingkan Tapera) lebih baik pemerintah menaikkan subsidi perumahan. Karena cicilan yang mengikuti suku bunga sangat menjebak masyarakat,” kata Ayu saat dihubungi, Minggu (6/2/2024). Baca selengkapnya di sini berita dan pilihan kami berita langsung ke ponsel Anda. Kompas .com Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top