Pimpinan Komisi X DPR Setuju “Study Tour” Dilarang: Kalau ke Tempat Wisata, Itu Namanya “Healing”

JAKARTA, virprom.com – Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf mengaku setuju jika studi banding dibatalkan.

Menurutnya, jika study tour dilakukan di kawasan wisata maka disebut dengan medical tour dan bukan study tour.

Dede menanggapi bus study tour SMK Lingga Kencana Depok yang mengalami kecelakaan di Ciataer, Subang, menewaskan 11 orang.

Pasca kejadian tersebut, banyak tempat yang melarang sekolah mengadakan tur.

“Kalau saya lihat, sekarang idenya sekolah swasta. Mereka belajar. Hasil study tournya apa? Maksudnya programnya supaya tepat,” kata Dede, Jumat (16/05/2024) di DPR. Gedung, Senayan, Jakarta.

“Kalau tujuannya ke destinasi wisata, itu bukan namanya belajar.

Baca juga: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno Tak Setuju dengan Pembatalan Study Tour

Dede menjelaskan, jika ingin kesembuhan sebaiknya dilakukan bersama keluarga.

Dikatakannya, hasil study tour perlu dianalisis sejauh mana kaitan study tour dengan perkembangan akademik mahasiswa.

“Kalau kelihatannya tidak memberikan hasil bagi pengembangan pendidikan, karena yang biasa dilakukan hanya sekedar tuntutan. Boleh banget,” ujarnya.

“Tujuan utama dari study tour adalah untuk belajar, bukan untuk berwisata.

Baca Juga: Kondisi lima orang luka dalam kecelakaan bus SMK Lingga Kencana di RS Bhayangkara.

Oleh karena itu, Dede menegaskan persetujuannya dan sepakat dengan beberapa pemerintah daerah untuk mengakhiri studi banding tersebut.

Dia kemudian menempatkan dirinya sebagai pejabat di pemerintahan lokal, dan dia mengurangi kemungkinan tersebut.

“Karena domain tersebut melarang perjalanan pendidikan atau tidak, maka hal itu sesuai dengan aturan Kementerian. Kalau di kabupaten, tujuannya adalah untuk mengurangi masalah dengan mengurangi perjalanan yang tidak perlu. .

Terkait perjalanan edukasi yang dilakukan siswa dan guru di Sekolah Pendidikan Lingga Kencana Depok, Dede mengatakan perjalanan ke Ciater, Jawa Barat tidak ada kaitannya dengan pendidikan.

Ia mengatakan, sebaiknya pemerintah daerah membatalkan studi banding tersebut agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Baca Juga: Larangan Study Tour ke Luar Kota Jadi Masalah Besar, Menimbulkan Pro Kontra Orang Tua Siswa.

Selain itu, kata Dede, terkadang satu-satunya alasan mempersiapkan perjalanan edukasi adalah karena harga.

“Dan kadang orang tua merasa terpaksa. Secara harafiah, mereka terpaksa membayar, padahal tidak ada pilihan, tidak ada pilihan. boleh-boleh saja, ‘Saya mau ke sini, terlalu mahal’,” jelas Dede.

“Kadang-kadang ada study tour dari Jakarta ke Bali. Mau ngapain? Jauh, harganya mahal dan orang tua sedih. Dan orang tua tidak bisa menolak karena setengah terpaksa,” dia dikatakan. . Nantikan berita terkini dan berita pilihan kami di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk bergabung dengan saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan aplikasi WhatsApp sudah terinstal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top