Pemerintah RI Harus Desak Starlink Bangun NAP ketimbang NOC

virprom.com – Layanan Internet Starlink milik Elon Musk akan resmi hadir di Indonesia pada pertengahan Mei 2024.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meminta Starlink mengikuti aturan main di Indonesia. Salah satunya Starlink yang akan segera mendirikan Network Operation Center (NOC) di Indonesia.

NOC adalah suatu lokasi atau ruangan yang dapat digunakan untuk memantau seluruh operasional dan arus lalu lintas data suatu jaringan atau Internet. Dalam hal ini, NOC akan dapat memantau seluruh operasional dan akses Internet Starlink di Indonesia.

Menurut Budi Ari Setiadi, Menteri Komunikasi dan Informatika, pengembangan NOC dinilai sangat penting agar layanan internet Starlink tidak dapat digunakan untuk mengakses kasus-kasus negatif yang melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku di Tanah Air.

Baca Juga: Operator seluler ingin pemerintah memperlakukan Starlink dengan adil

Namun menurut pakar keamanan siber sekaligus Kepala Cyber ​​Security Research Institute (CISSRC) Pratama Persadha, penyediaan Starlink Network Access Provider (NAP) di Indonesia lebih penting dan mendesak.

“NOC ini tidak penting di Indonesia, padahal lebih baik ada di Indonesia. Namun yang wajib di Indonesia adalah NAP (Starlink) karena merupakan sistem yang melayani Internet publik,” kata Prathama. Bersama KompasTekno, Selasa (28/5/2024).

Sebagai NAP, Starlink menyediakan infrastruktur dasar seperti router, switch, dan konektivitas jaringan yang memungkinkan pertukaran lalu lintas data antar jaringan yang berbeda.

Pratama NAP mengibaratkan Starlink dengan toko grosir, namun di Indonesia ISP/operator seluler adalah agen penjualan atau pengecer.

Baca Juga: Commifo Pantau Klaim Starlink Office dan Predatory Pricing

Penyedia Layanan Internet (ISP) dan operator seluler lokal di Indonesia dapat menggunakan infrastruktur NAP Starlink ini untuk menghubungkan jaringan mereka ke Internet global.

Dengan cara ini, pelanggan ISP (pengguna Internet) dapat mengakses Internet global, misalnya dengan mengunjungi situs luar negeri.

Padahal, awalnya Starlink menggandeng Telkomsat (penyedia layanan telekomunikasi milik Telkom Group) untuk menyediakan internet satelit kepada pelanggan korporat (Business to Business/B2B).

Oleh karena itu, perusahaan Indonesia yang ingin menggunakan Internet satelit Starlink harus melalui Telkomsat, yang tidak dapat membeli langsung dari Starlink.

Yang terjadi saat ini adalah Starlink menjual layanan internetnya secara gratis, langsung ke konsumen perorangan/rumahan (Business to Consumer/B2C). Pelanggan harus memesan layanan online Elon Musk melalui Situs saja.

Menurut Pratama, hal ini bisa menjadi ancaman bagi Indonesia karena Starlink tidak menggunakan infrastruktur dalam negeri.

Baca Juga: Menkominfo: Starlink akan buka kantor operasional di Indonesia

Bayangkan Starlink tidak menggunakan infrastruktur yang ada di Indonesia. Artinya tidak ada pengawasan, pemantauan, pembatasan, dan sebagainya terhadap operasional Starlink di Indonesia, kata Pratama.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top