Pembunuhan Haniyeh Memicu Perang Regional di Timur Tengah?

ISRAEL telah memperluas cakupan sasaran serangannya. Akankah hal ini menyebabkan perang regional yang lebih luas?

Politisi Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam serangan pada Rabu (31/08/2024) saat berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Massoud Pezheshkian.

Kematian Haniyeh terjadi sehari setelah Israel mengatakan pihaknya membunuh komandan senior Hizbullah Fuad Shukur di Beirut sebagai pembalasan atas dugaan serangan Hizbullah yang menewaskan 12 anak di kota Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Israel

Bagaimana kedua pembunuhan ini berdampak pada situasi yang lebih luas di Timur Tengah?

Hal ini juga menunjukkan kekhawatiran bahwa meningkatnya tindakan kekerasan dapat memicu ketegangan dan konflik yang lebih luas di kawasan ini, yang melibatkan lebih banyak negara atau kelompok.

Bagaimana kematian Haniyeh dan respons Poros Perlawanan (kelompok yang berafiliasi dengan Iran, termasuk Hizbullah, Houthi) akan mempengaruhi proses perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas?

Ada kekhawatiran bahwa insiden tersebut dapat meningkatkan ketegangan dan mempersulit tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri kekerasan. Hindari perang habis-habisan

Serangan tersebut menunjukkan bahwa Israel dan Amerika Serikat dapat mencapai sasaran mereka di tempat-tempat yang dijaga ketat oleh Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.

Meskipun ada ancaman pembalasan dari Iran dan sekutunya, terdapat persepsi bahwa Iran tidak ingin memulai perang regional yang lebih luas yang melibatkan Amerika Serikat.

Iran kemungkinan akan merespons dengan cara yang lebih moderat untuk menghindari eskalasi besar-besaran.

Bahaya utama saat ini bukanlah niat untuk berperang, melainkan bahaya kesalahan perhitungan yang bisa memicu konflik lebih luas.

Meskipun ketegangan tinggi, terdapat keinginan dari banyak pihak untuk menghindari perang regional yang besar, namun risiko kesalahan perhitungan tetap ada.

Pembunuhan Haniyeh bukanlah hal yang mengejutkan mengingat pengumuman Israel pada 8 Oktober 2024 bahwa mereka akan menargetkan kepemimpinan Hamas di mana pun di dunia.

Haniyeh diyakini memahami risiko bepergian ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Massoud Pezheshkian.

Beberapa informasi menunjukkan bahwa Israel bisa saja membunuh Haniyeh beberapa bulan lalu, namun tidak ingin mengorbankan hubungannya dengan Qatar, mediator utama kelompok Islam tersebut.

Selain itu, terdapat Pangkalan Udara Al Udeid yang merupakan pangkalan militer AS terbesar di kawasan.

Qatar mencegah Israel melakukan pembunuhan politik di emirat Teluk. Jadi ketika Haniyeh, yang diketahui telah mengkompromikan aset intelijen Israel, pergi ke Iran dan setelah serangan di Dataran Tinggi Golan, ada peluang untuk membunuhnya.

Setelah pembunuhan ini, menjadi mustahil bagi Hamas untuk merelokasi markas besarnya dari Qatar, yang memberikan keamanan yang tak tertandingi bagi kelompok tersebut.

Pembunuhan tersebut menunjukkan bahwa Israel dapat menjangkau musuh-musuhnya di Iran, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan di Iran.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top