Pejabat Hamas Tuduh PM Israel Tolak Setujui Perjanjian Gencatan Senjata Terakhir

GAZA, virprom.com – Seorang pejabat Hamas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menyetujui perjanjian gencatan senjata terakhir di Gaza.

Pasalnya, pasukan Israel masih berada di perbatasan Mesir dan kehadiran mereka menjadi titik kritis utama perjanjian tersebut.

Sebuah tim Israel sedang bernegosiasi di Kairo untuk menghindari kesepakatan pembebasan sandera.

Baca juga: Filipina mendesak pelaut menghindari Laut Merah di tengah serangan Houthi

Demikian disampaikan juru bicara Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Omer Dostri kepada AFP, Kamis (22/8/2024) malam.

Namun, perwakilan Hamas tidak berpartisipasi dan seorang pejabat gerakan Islam, Osama Badran, mengatakan kepada AFP pada hari Jumat bahwa desakan Netanyahu agar pasukan tetap berada di perbatasan Philadelphia mencerminkan penolakannya untuk mencapai kesepakatan akhir.

Mesir dan mediator lainnya, Qatar dan Amerika Serikat, telah berusaha selama berbulan-bulan untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang Israel-Hamas di Gaza.

Bahkan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi wilayah tersebut minggu ini untuk menekankan pentingnya kesepakatan.

Para saksi mata pada hari Jumat melaporkan pertempuran di wilayah utara, penembakan besar-besaran di wilayah tengah, dan tembakan tank di wilayah selatan dekat kota Rafah.

Perang tersebut diketahui telah membuat sekitar 90 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi, menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal, air bersih dan kebutuhan dasar lainnya ketika penyakit menyebar, kata PBB.

“Warga negara lelah dan takut, berlari dari satu daerah ke daerah lain, tanpa ada tanda-tanda akan berakhir,” kata Muhannad Hadi, koordinator kemanusiaan PBB untuk wilayah Palestina, pada hari Kamis.

“Ini tidak bisa dibiarkan,” tambahnya.

Tentara Israel mengatakan pada hari Jumat bahwa pasukannya telah membersihkan puluhan anggota Hamas di sekitar Khan Younis dan Deir el-Balah, di Gaza tengah, selama sehari terakhir.

Pada bulan April, tentara menarik pasukannya keluar dari Khan Younis setelah berbulan-bulan pertempuran sengit.

Baca Juga: Bandit Serang Polisi di Pakistan, 12 Tewas dan 8 Luka-luka

Namun kini harus tetap beroperasi di sana, sehingga membuat warga merasa tidak punya tempat berlindung.

“Ini bukan cara hidup yang baik,” kata Haitham Abdelaal, seorang warga Gaza. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top