Mengenal Transsion, Perusahaan HP China Induk Infinix, Tecno, dan Itel

virprom.com – Smartphone Infinix, Itel, dan Tecno bisa dikatakan sedang berkembang di pasar Indonesia. Ketiga tipe ini kini banyak menarik perhatian pengguna karena spesifikasinya yang bagus dan harganya yang murah.

Kinerja tiga merek ponsel pada tahun 2023 pun turut menegaskan hal tersebut. Menurut laporan perusahaan riset International Data Corporation (IDC), pada tahun 2023, Infinix, Etel, dan Techno akan mengapalkan total 45 juta ponsel. Indonesia.

Performa tersebut pun melambungkan mereka ke posisi kelima dalam daftar merek ponsel Tanah Air pada tahun lalu.

Meski berbeda nama, ketiga merek ponsel tersebut berada di bawah perusahaan induk yang sama, Transon. Perbandingan performa ketiga merek ponsel tersebut juga dikaitkan dengan nama Transon.

Baca Juga: Ponsel Top di Indonesia: Top Samsung, Transcend Masuk 5 Besar

Berkat performanya yang tinggi, nama Transon kini dikenal mendunia, khususnya di pasar telepon. Dimulai dengan Tecno dan Itel

Transon adalah perusahaan di balik merek Infinix, Tecno dan Itel. Meski baru populer akhir-akhir ini, pedagang Tiongkok pertama di Transsun didirikan di Hong Kong pada tahun 2006 oleh Zhu Zhaojiang.

Sebelum mendirikan perusahaan, Zhaojiang dikabarkan melakukan safari ke lebih dari 90 negara hingga ia yakin untuk membangun perusahaan komunikasi seluler internasional dengan fokus pada pasar negara berkembang.

Sebelumnya, perusahaan tersebut bernama Tecno Telecom Limited yang berkantor pusat di Hong Kong dengan pusat penelitian dan pengembangan (R&D) di Shanghai, China. Namun nama perusahaan tersebut kemudian diubah menjadi Transon Holdings.

Seperti nama aslinya, ponsel pertama yang dipasarkan Transsion diberi nama Tecno. Pada tahun 2007, Transon meluncurkan ponsel keduanya bernama Itel. Saat itu, ponsel dipasarkan sebagai ponsel berfitur, namun ponsel berfitur hanya menyertakan fitur seperti melakukan panggilan atau mengirim pesan melalui SMS.

Dalam dua tahun pertama, Transon memutuskan untuk fokus pada pasar Asia Selatan. Namun mengacu pada hasil riset perusahaan setelah mengunjungi Afrika dan Amerika Latin, Zhaojiang dan timnya memutuskan untuk fokus di Afrika karena kawasan ini dianggap sebagai pasar terbaik bagi mereka.

Saat itu, sedang terjadi tren pelanggan yang memiliki lebih dari satu kartu SIM. Transition menggunakan model ini dengan menyediakan ponsel dual-SIM di Afrika, menjadi pemasok ponsel pertama di wilayah tersebut yang memiliki fitur ini.

Pada tahun 2008, Transon memutuskan untuk berhenti menjual ponsel di Asia Selatan dan hanya fokus pada pasar Afrika, lapor CompassTechno dari TechPoint Africa.

Skema Dual SIM sukses menarik minat masyarakat Afrika. Pasalnya pelanggan hanya membutuhkan ponsel yang mendukung beberapa kartu SIM dibandingkan membeli beberapa ponsel sekaligus.

Selain itu, dari sudut pandang finansial, tidak semua orang mampu membeli lebih dari satu ponsel dalam satu waktu.

Selain perangkat keras, Transon juga mengintegrasikan komponen perangkat lunak pada produknya, menjadikan ponselnya lebih populer di kalangan konsumen di Afrika. Misalnya, mengoptimalkan pengaturan kamera untuk warna kulit di berbagai perangkat lunak untuk memahami bahasa dan perbedaan lokal.

Baca Juga: HP Trader: Infinix Laris Bak Kacang Goreng Tapi Tak Terlihat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top