Menakar Calon Ketum Golkar, Ada 2 Pertimbangan Penting

Jakarta, virprom.com – Direktur Eksekutif Strategi Politik Trias Agung Baskoro mengatakan siapa pun yang menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar bisa mencakup seluruh fraksi di partai berlambang beringin itu.

Diketahui, Jenderal Airlangga Hartarto Golkar mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan Presiden pada 11 Agustus 2024 melalui pernyataan video.

Sebab, menurut Agung, jika ketua umum baru tidak mampu menyerap seluruh partai dan kepentingan di partai, maka tidak ada kemungkinan terjadinya perpecahan di tubuh Golkar.

“Jadi kalau memilih presiden, carilah yang bisa membesarkan Golkar dan mengakomodir internal fraksi,” kata Agung dalam program ngobrol di ruang redaksi dengan virprom.com, Selasa (13/8/2024).

Ia pun mencontohkan, Golkar terpecah pada masa Agung Laxono dan Aburizal Bakri. Akibatnya, partai tersebut mengalami kemunduran pada pemilu 2019.

Baca Juga: Golkar Butuh Presiden Definitif Hadapi Pilkada, Prosedur Internal Dianggap Lancar

Perolehan suara Golkar pada Pemilu Legislatif (PILEG) 2019 mengalami penurunan dibandingkan pemilu legislatif 2014, yakni dari 18.432.312 suara menjadi 17.229.789 suara.

Tak hanya itu, Agung mengatakan, ada kemungkinan perpecahan ini akan menyisakan banyak petinggi atau warga lanjut usia dan membentuk partai baru. Sebab, sejarah menunjukkan Partai Gerindra, Nasdem, dan Hanura didirikan oleh mantan politisi Golkar.

“Ini bukan hanya soal seleksi dan penyempurnaan. Tapi Golkar akan terus melihat para elitnya, yang sebagian besar tidak akan senang, menjadi tidak puas dan mengambil tindakan secara tiba-tiba. “Jika Golkar gagal mengendalikan faksionalisme, sebuah partai baru mungkin akan muncul.” , katanya.

Oleh karena itu, Agung kembali menekankan pentingnya memilih ketua umum yang bisa memahami kepentingan seluruh Fraksi Golkar. Tidak terbatas pada masa muda atau usia tua.

Baca juga: Agus Gumiwang Kartasmita Resmi Jadi Presiden Interim Golkar, Gantikan Airlanga

Lebih lanjut, Agung juga mengatakan agar Golkar memilih pemimpin yang bisa membawa Golkar maju dengan hasil positif pada Pemilu DPR 2024.

Diketahui, perolehan suara Golkar pada pemilu legislatif 2024 merupakan yang tertinggi kedua yakni 23.208.654 suara. Hasil tersebut di luar dugaan karena hasil pemilu legislatif 2019 kurang baik.

Dengan hasil tersebut, menurut Agung, Golkar sebenarnya memiliki mesin politik dan infrastruktur politik yang unggul. Namun ironisnya, partai berlambang pohon beringin itu belum mampu melahirkan sosok yang mampu menjadi pemimpin masa depan bangsa ini.

Untuk itu, kata dia, seorang pemimpin Golkar di tempat Erlanga harus mampu menyesuaikan mesin partai untuk melahirkan pemimpin baru bagi bangsa ini.

Soherto, setelah Habibi, setelah reformasi, Golkar gagal melahirkan presiden, calon presiden yang solid, bisa dipilih. Wakil presidennya Pak Jusuf Kalla, tapi presidennya belum terpilih, katanya.

Baca Juga: Ini Bukan Kali Pertama Airlanga Diserang, Kali Ini Jatuh Sekaligus

Banyak nama yang diajukan untuk menggantikan Airlanga. Misalnya saja Menteri Investasi Bahlil Lahadalia, Wakil Presiden RI Jibran Rakabuming Raka yang memilih Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden masa jabatan 2024-2029.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top