Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Galeri Nasional ramai pada Jumat sore, 26 April 2024. Acara tersebut merupakan pameran seni rupa Butet Kartarajasa yang digelar satu kali bertajuk “Melik Nggendong Lali”.

Disebut “wirid visual” dengan berbagai makna artistik, pameran ini lebih merupakan respon artistik Bute terhadap situasi politik saat ini.

Acara dibuka oleh Franz Magnis Suseno SJ dan juga menghadirkan pembicara dari Oei Hong Jien dan Mahfud MD.

Beberapa tokoh masyarakat seperti Lukman Hakim Saefuddin, Hasto Kristianto, Prof. Sulistyowati Irianto dan juga anggota polisi yang juga merupakan “sahabat” seniman Yogya, AKBP Suwondo Nainggolan.

Acara tersebut menampilkan kritik sosial khas Yogyakarta dalam menyikapi kondisi politik saat ini. Kehadiran mantan calon wakil presiden Mahfud MD memang menarik.

Dalam sambutannya, Mahfud mengaku banyak ditanya oleh pers mengenai ke mana ia akan melangkah selanjutnya. Dan Mahfud juga membuka peluang kolaborasi dengan masyarakat sipil, termasuk para seniman.

Langkah Mahfud bekerja sama dengan masyarakat sipil mendapat banyak pengakuan dan dukungan dari berbagai kalangan.

Dalam podcast saluran pribadi, saya adalah salah satu orang yang menyarankan Mahfud untuk bekerja sama dengan masyarakat sipil untuk melindungi demokrasi, melindungi konstitusi, melindungi hak asasi manusia dan kebebasan sipil.

Pemilu 2024 telah usai. MK membenarkan kemenangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. KPU mengusung Prabowo-Gibran sebagai presiden terpilih masa jabatan 2024-2029.

Sudah menjadi kebiasaan dalam politik Indonesia bahwa kedekatan dengan kekuasaan adalah sebuah peluang untuk mendapatkan bagian dari kekuasaan.

Partai Nasdem telah mengumumkan akan bergabung dengan pemerintahan baru, seperti yang dikatakan Ketua Nasdem Surya Paloh.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menindaklanjuti pertemuan calon presiden terpilih Prabowo dengan Ketua Umum PKB Jenderal Muhaimin Iskandar.

Alasannya sama: untuk membangun bangsa dan negara, kita perlu bekerja sama karena alasan geopolitik, tantangan ekonomi yang serius, dan banyak tantangan lainnya. Hal ini sering kita dengar dari mulut beberapa elite politik.

Namun argumen lain mengatakan bahwa tidak ada musuh dan sahabat abadi dalam politik selain kepentingan. Praktek politik di Indonesia menjadi sangat sederhana, siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana.

Penulis pembaca Kompas menulis politik bunglon. Politik mencla-mencle. Tidak ada yang menghalangi elit politik untuk meraih kekuasaan, karena kekuasaan itu glamor, kekuasaan mempunyai kesenangan tersendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top