Kotak Kosong atau Calon Perseorangan

Pernyataan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menarik bagi saya. Surya mengatakan Anies Baswedan harus mempelajari sekolah kehidupan, bukan hanya buku pelajaran.

Surya memposting hal itu untuk menyampaikan pesan bahwa Partai Nasdem akan membatalkan dukungannya terhadap Anies Baswedan sebagai calon gubernur Jakarta 2024-2029.

Koalisi Perubahan PKS, PKB, dan Nasdem menurunkan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pada Pilpres 2024.

Ketiga partai tersebut memperoleh pengaruh elektoral dengan meningkatkan perolehan suara pada pemilu parlemen dibandingkan pemilu 2019.

Awalnya, PKS, Nasdem, dan PKB ingin terus mendukung Anies di Pilkanda Jakarta. Namun selangkah demi selangkah, PKS, Nasdem berbalik arah. PKB masih berimbang dan bisa menunggu konferensi Agustus nanti.

Melihat situasi politik terkini, hanya PDIP yang belum menyelenggarakan pemilu. Namun, PDIP tidak bisa merekomendasikan satu pasangan calon sendirian.

Seruan agar PKB bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju Plus pun kian berkembang. Butuh keberanian politik yang luar biasa dari Muhaimin Iskandar untuk berkoalisi dengan PDIP untuk mencalonkan Anies Baswedan di Pilkada Jakarta.

Bisa jadi Anies Baswedan-Ahok yang berpeluang besar jika direkrut atau Anies-Rano Karno yang mulai diperdagangkan.

Mungkin inilah aliran kehidupan politik yang bernama Surya Paloh. Memenangkan pemilu, baik dari segi popularitas maupun elektabilitas, tidak lantas dipandang sebelah mata oleh elite partai politik.

Bahkan, dia merasa ada “kesepakatan” elite untuk mengasingkan Anies. Anies bisa dianggap sebagai ancaman pada Pilpres 2029.

Namun, jika Anies yang populer itu benar-benar “disingkirkan” – meski secara formal sah, dari sudut pandang sentimen publik, hal itu bisa dirasakan sebagai kejahatan terhadap demokrasi.

Adegan tahun 2029 memang akan sibuk. Ada Prabowo Subianto, ada Gibran Rakabuming Raka, ada Agus Harimurti Yudhoyono. Ada pula Ridwan Kamil yang berpeluang maju sebagai pesaing pada pemilu 2029.

Ada pula Anies Baswedan, meski ia bekerja di luar pemerintahan, mendukung masyarakat sipil yang semakin kesepian.

Aliran kehidupan politik Indonesia modern adalah transaksional dan pragmatisme. “Tidak ada musuh atau teman abadi, yang ada hanyalah kepentingan diri sendiri.”

Sejauh menyangkut kepentingan pragmatis kekuasaan, tidak ada kepercayaan pada politik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top