Konflik Kian Memburuk, Warga Haiti Mulai Putus Asa

Haiti telah masuk dalam Daftar Pengawasan Komite Penyelamatan Internasional (IRC) selama tiga tahun karena krisis kemanusiaan yang memburuk.

Kerusuhan politik ditambah dengan meningkatnya pengaruh kelompok bersenjata tanpa kewarganegaraan telah melemahkan kapasitas Haiti dalam menyediakan keamanan dan layanan dasar, termasuk keamanan.

Guncangan ekonomi dan iklim juga berdampak pada kehidupan masyarakat. Akibatnya, sekitar 90% penduduk Haiti hidup dalam kemiskinan. Hampir separuh penduduk Haiti membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Namun, Haiti hanya menerima 34 persen dana yang sebenarnya dibutuhkan untuk rencana tanggap kemanusiaan tahun 2023.

Baca Juga: Kekacauan di Haiti Mirip Adegan di Mad Max, Bagaimana Situasinya?

“Haiti mengalami krisis kemanusiaan yang berkepanjangan, dengan kekerasan mencapai tingkat baru setiap beberapa bulan,” kata Serge Dalexis, kepala kantor IRC di Haiti.

“Seiring dengan meningkatnya kekerasan, jumlah orang baru yang membutuhkan bantuan untuk memenuhi aspek terpenting dalam kehidupan juga meningkat,” tambah Dalexis. Mengatasi Lima Ancaman Haiti

IRC memperkirakan krisis di Haiti akan memburuk pada tahun 2024. Menurut Daftar Pengawasan Darurat IRC tahun 2024, ada lima risiko yang akan dihadapi Haiti tahun ini.

Pertama, kekerasan merajalela di Haiti seiring dengan semakin kuatnya kelompok kriminal. Geng-geng kriminal dapat memperluas kendali mereka karena buruknya tata kelola, praktik korupsi, dan rendahnya jumlah polisi.

Kedua, kebutuhan warga tidak terpenuhi akibat gejolak politik. Ketidakstabilan politik akan membatasi kemampuan pemerintah untuk meningkatkan keamanan, memulihkan layanan dasar dan ketahanan Haiti terhadap perubahan iklim dan guncangan lainnya.

Baca juga: Mudahnya Perdagangan Senjata Picu Tingginya Kekerasan Geng di Haiti

Ketiga, krisis pasokan pangan ekonomi dan iklim. Hampir 50% penduduk Haiti menghadapi krisis dan kerawanan pangan. Devaluasi mata uang Haiti membatasi kemampuan negara tersebut untuk mengimpor pangan. Meningkatnya kekerasan juga mengganggu mata pencaharian dan aktivitas pasar, dengan 90% penduduk Haiti hidup dalam kemiskinan.

Guncangan iklim dan suhu rata-rata juga mempengaruhi produksi pertanian di Haiti. Dalam beberapa tahun terakhir, gempa bumi dahsyat dan topan tropis telah mengganggu perpindahan penduduk dan aktivitas yang menghasilkan pendapatan. Hal ini menyebabkan berkurangnya daya beli dan terbatasnya akses terhadap sumber daya pangan.

Keempat, tidak terpenuhinya kebutuhan kesehatan akibat ancaman rusaknya layanan dasar di Haiti. Pelayanan kesehatan di Haiti berada pada titik terendah sepanjang masa. Banyak rumah sakit kekurangan staf dan tidak mampu menerima atau merawat pasien. Faktanya, jumlah masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan semakin meningkat setiap harinya, terutama karena merebaknya penyakit kolera mulai pertengahan tahun 2023.

Kelima, bantuan kemanusiaan kepada kelompok bersenjata non-negara akan diblokir. Hampir separuh negara, termasuk 80 persen ibu kota Haiti, Port-au-Prince, berada di bawah kendali kelompok bersenjata. Konflik yang sedang berlangsung menghambat penyaluran bantuan dan menimbulkan ancaman besar bagi pekerja bantuan. Warga yang Putus Asa

Konflik semakin meningkat dan belum ada tanda-tanda akan mereda dalam waktu dekat, dan warga semakin putus asa.

Penduduk di kawasan Petionville di Port-au-Prince, misalnya, masih terguncang akibat hari-hari paling penuh kekerasan akibat meningkatnya krisis keamanan di negara tersebut. Ada lebih dari selusin mayat penuh peluru di jalanan. Selain pembunuhan pagi hari, rumah seorang hakim juga diserang.

Baca Juga: Kekacauan di Haiti Mirip Adegan di Mad Max, Bagaimana Situasinya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top