Komisi VIII Pertanyakan Tindakan Mensos Atasi Penurunan Kelas Menengah

JAKARTA, virprom.com – Komisi VIII DPR RI mempertanyakan posisi Menteri Sosial Tri Rismaharin dalam menangani fenomena menurunnya kelas menengah di Indonesia.

Anggota Komisi VIII Hidayat Noor Wahid mengatakan fenomena ini patut menjadi perhatian Kementerian Sosial (Kemensos). Karena akan mempengaruhi bonus demografi dan keinginan mencapai tujuan Indonesia Emas pada tahun 2045.

“Apakah hal seperti itu sudah dibicarakan, dibicarakan, dipersiapkan? bagaimana kita menghadapi masyarakat yang tadinya kelas menengah kemudian menjadi rentan terhadap kemiskinan? “Dengan demikian mereka tidak menjadi miskin, untung mereka bergerak menuju kelas menengah dan tidak lagi menjadi miskin,” kata Hidayat dalam rapat pendapat antara Komisi VIII dan Kementerian Sosial, Selasa (3/9/2024).

Baca Juga: Risma tak banyak bicara saat ditanya apakah akan mundur dari jabatan pemerintah

Hidayat mengatakan jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia mencapai 57,3 juta jiwa pada tahun 2019. Namun pada tahun 2024, angka tersebut turun menjadi 47,8 juta jiwa.

Penurunan jumlah kelas menengah sebesar 9,48 juta jiwa selama lima tahun terakhir memang sangat memprihatinkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencegah agar kelas menengah tidak terjerumus ke dalam kategori masyarakat miskin yang baru.

“Saya juga berpendapat hal ini perlu ditekankan karena tentunya Kemensos merupakan bagian dari seluruh kementerian yang akan menyambut baik bonus demografi Indonesia Emas. Kalau namanya turun dan jumlahnya sangat signifikan sehingga berujung pada rentan kemiskinan, apa persiapan generasi emasnya?”

Menanggapi hal tersebut, Risma mengaku belum mendapatkan data pasti mengenai menyusutnya kelas menengah di Indonesia.

Saya cari sampai ke Kementerian Ketenagakerjaan, ke BPJS Ketenagakerjaan, lewat Kadin, lewat Apinda, tidak ada informasinya,” kata Risma.

Baca Juga: Risma Bertemu Jokowi di Tengah Isu Mundur Kabinet

Namun, dia memastikan Kementerian Kesejahteraan Sosial masih berupaya mendapatkan informasi masyarakat kelas menengah yang terdaftar untuk membantu mereka. “

“Saat ini kami masih mencari kelas untuk bisa meng-cover kelompok menengah rentan tersebut,” kata Risma.

“Tapi kami belum punya datanya, padahal kami sudah mencari kemana-mana,” ujarnya.

Baca Juga: Mensos Risma Ingin Mundur karena Ikut Pilkada Jatim, Jokowi: Lebih Baik Begitu

Seperti diberitakan sebelumnya, data BPS menunjukkan jumlah kelas menengah akan terus menyusut pada tahun 2019 hingga 2024.

Jumlah penduduk kelas menengah tercatat sebanyak 57,33 juta orang (21,45 persen) pada tahun 2019, sebanyak 53,83 juta orang (19,82 persen) pada tahun 2021, sebanyak 49,51 juta orang (18,06 persen) pada tahun 2022, sebanyak 49,51 juta orang (18,06 persen) pada tahun 2022. 48,27 juta orang (17,44 persen) pada tahun 2023 dan 47,85 juta orang (17,13 persen) pada tahun 2024.

Sementara itu, jumlah masyarakat yang masuk ke kelas menengah terus bertambah setiap tahunnya.

Pada tahun 2019, jumlah penduduk yang masuk ke dalam kelas menengah mencapai 128,85 juta orang (48,20%), sebanyak 130,82 juta orang (48,17%) pada tahun 2021 sebanyak 134,93 juta orang (49,21%) pada tahun 2022 sekitar 136,92 juta orang ( 49,47 persen) pada tahun 2023 dan sebanyak 137,50 juta orang (49,22 persen) pada tahun 2024. Dengarkan berita terhangat dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top