Kemendagri: Pilkada 2024 Jadi Pemilu Terbesar dalam Sejarah di Muka Bumi

JAKARTA, virprom.com – Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengakui penyelenggaraan pemilu paralel pada tahun 2024 menjadi tantangan bagi seluruh aspek kehidupan bangsa.

Sebab, 37 provinsi (minus DI Yogyakarta), 415 kabupaten (minus Kabupaten Kepulauan Seribu di DKI Jakarta), dan 93 kota (minus 5 kota administratif di DKI Jakarta) akan melakukan pemungutan suara di hari yang sama.

“Ini pemilu terbesar di dunia,” kata pakar Menteri Dalam Negeri Suhajar Diantoro dalam diskusi bertajuk “Pemilu Damai 2024: Membangun Pilkada Sukses, Aman, dan Partisipatif” yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia. (PWI), Rabu (5/6/2024).

Jadi kalau mau pecahkan rekor itu, pecahkan rekornya juga,” ujarnya.

Baca Juga: Pilkada 2024: Pemerintah Anggarkan Rp 1,2 Triliun untuk TNI-Pol, Pengakuan Masih Kurang

Suhajar berharap Indonesia bisa menyelenggarakan pilkada secara bersamaan.

Ia juga menyinggung mengenai pelaksanaan pilkada serentak yang mulai dilaksanakan secara parsial pada tahun 2015, kemudian dilanjutkan dengan pilkada pada tahun 2018.

Pilkada 2020 digelar serentak di beberapa daerah meski digelar di tengah pandemi Covid-19.

Suhajar menegaskan, pendanaan Pilkada Paralel 2024 sudah direncanakan sejak lama dan kini sudah rampung.

Pemerintah daerah diminta menyiapkan anggaran pilkada sekaligus sebesar 40 persen APBD 2023 dan 60 persen APBD 2024.

Saat ini hampir seluruh pemerintah daerah telah menandatangani Dokumen Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) dengan KPU dan Bawaslu/Panwaslu masing-masing.

Dari sisi keamanan, pemerintah menyiapkan dukungan keamanan dengan anggaran Rp1,27 triliun untuk TNI dan Polri, meski paparannya masih terbatas.

Baca Juga: KPU Usulkan Konsep Debat Pilkada Bali Berjalan Kaki dan Tanpa Pendukung

Suhajar mengakui bahwa situasi keamanan sangat mengkhawatirkan karena eskalasi konflik biasanya tinggi pada pemilukada.

Dulu, ketika pilkada tidak dilaksanakan serentak, polisi biasa mengirimkan personel pendukung ke daerah yang rawan konflik.

“Contohnya di kabupaten ini ada pilkada, lalu polisi dari kabupaten lain membantu di tempat yang diperlukan, sekarang tidak, lalu semua polisi ada di wilayahnya, lalu (yang dikirim meminta bantuan) Brimob atau yang lainnya,” kata Suhajar.

Ia mengatakan, pengamanan pilkada secara esensial masih dilakukan kepolisian dengan jutaan Satuan Pertahanan Masyarakat (Satlinmas) dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) siap memberikan dukungan keamanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top