Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

JAKARTA, virprom.com – Peristiwa kekerasan yang dilakukan siswa SMA hingga membunuh seorang siswi Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan (STIP) Jakarta dinilai tidak relevan dengan dalih untuk menggalakkan disiplin dan fisika kesehatan di lembaga pendidikan formal.

Menurut Inspektur Pendidikan Doni Koesoema A., sekolah formal atau sekolah negeri memerlukan kebugaran jasmani. Namun, kemajuan kesehatan tidak dicapai melalui tindakan kekerasan.

“Ini tidak ada hubungannya dengan pola kekerasan yang terjadi

Doni juga mengatakan, pembenaran tindakan kekerasan untuk menciptakan kedisiplinan juga tidak berlaku untuk tujuan pendidikan.

Baca juga: Polisi Selidiki Peran Puluhan Saksi dalam Kematian Taruna STIP yang Dianiaya Pria Lanjut Usia

“Jika kekerasan lebih banyak karena kedisiplinan, maka kedisiplinan tidak boleh dilakukan melalui kebiasaan kekerasan,” kata Doni yang juga guru besar Universitas Multimedia Nusantara ini.

Doni mengatakan permasalahan berulangnya tindak kekerasan di sekolah formal disebabkan oleh perubahan yang dilakukan dan hanya sebatas reformasi eksternal.

Misalnya, kata Doni, reformasi hanya bisa dilakukan dengan penguatan sanksi dan pengawasan.

“Tetapi tidak keseluruhan ekosistem pendidikan formal, mulai dari sistem pendidikan, kurikulum, dan penyiapan tenaga pengajar/pelayanan sistem asesmen dan evaluasi pendidikan formal,” kata Doni.

Baca Juga: Puluhan Taruna Bersaksi di Pra Rekonstruksi Kasus Meninggalnya Junior STIP

Diberitakan sebelumnya, taruna STIP Jakarta tingkat 1 bernama Putu Satria Ananta Rastika dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (3/5/2024), diduga karena menganiaya atasannya, T (21).

Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara, AKBP Hadi Saputra Siagian mengatakan, peristiwa pengeroyokan itu terjadi di kamar mandi lantai dua gedung Kampus STIP, Cilining, Jakarta Utara.

Sebelum penganiayaan terjadi, Putu dan beberapa temannya baru saja keluar dan memeriksa sejumlah kelas setelah berjalan santai.

“Setelah dicek tidak ada orang di dalam kelas, mereka (korban dan temannya) dipanggil oleh T.T. Korban saat hendak menuju gedung pendidikan menggunakan pakaian olah raga,” kata Hadi dalam sambutannya.

Baca juga: Kasus Penganiayaan Mahasiswa STIP Sebelum Rekonstruksi Digelar 4 Jam

Hadi mengatakan, Putu dan empat temannya dibawa ke kamar mandi lalu diminta berbaris tanpa mengetahui tujuannya.

“Setelah mendarat, T langsung memukul korban (Putu) dengan tangan kosong ke arah ulu hati,” kata Hadi.

T kemudian meminta empat orang teman Putu untuk pergi dan korban dibawa ke klinik di kawasan STIP.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top