Junta Myanmar Dituding Pakai Warga Rohingya sebagai “Perisai Manusia”

Setelah lebih dari satu abad berada di bawah kekuasaan Inggris, Myanmar akhirnya memperoleh kemerdekaan pada tahun 1948. Meski telah merdeka, perjuangan Myanmar tidak berhenti sampai di situ. Hingga saat ini, Myanmar masih menghadapi pemerintahan militer, perang saudara, pemerintahan yang lemah, dan kemiskinan yang meluas.

Di sisi lain, kemerdekaan Myanmar menjadi awal mimpi buruk bagi kelompok minoritas Rohingya di negara tersebut. Banyak dari kelompok ini yang meninggalkan Myanmar karena perlakuan diskriminatif sejak tahun 1970an.

Dari tahun 2016 hingga 2017, Pasukan Pertahanan Nasional Myanmar, Angkatan Darat Myanmar dan pasukan keamanan lokal melancarkan operasi brutal terhadap masyarakat Rohingya dan situasi masyarakat Rohingya semakin memburuk. Sekitar satu juta orang Rohingya telah meninggalkan Myanmar akibat tragedi tersebut, banyak di antaranya ke Bangladesh.

Baca Juga: Berita palsu online memicu sentimen anti-Rohingya di Indonesia

Namun, mereka yang tidak bisa melarikan diri mau tidak mau akan menjadi korban kekerasan yang lebih brutal, seperti pemerkosaan dan pembunuhan. Baru-baru ini, ada banyak laporan mengenai Rohingya yang dijadikan “tameng manusia” di negara tersebut. Siapakah orang Rohingya? Apa status mereka di Myanmar?

Komunitas Rohingya merupakan kelompok etnis minoritas yang mayoritas beragama Islam. Mereka mempraktikkan varian Islam Sunni yang dipengaruhi oleh tasawuf.

Pada tahun 2020, diperkirakan terdapat 3,5 juta orang Rohingya di seluruh dunia. Sebelum tahun 2017, etnis Rohingya sebenarnya mendominasi Myanmar. Saat itu, sekitar 1 juta warga Rohingya tinggal di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Menurut statistik ini, mereka merupakan sepertiga dari total penduduk di sana.

Meski jumlah etnis Rohingya besar, namun sulit bagi masyarakat Myanmar untuk menerimanya. Keberadaan etnis Rohingya di Myanmar dimulai pada abad ke-15, ketika ribuan umat Islam tiba di bekas Kerajaan Arakan. Banyak dari mereka juga tiba pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika wilayah Arakan masih berada di bawah kekuasaan kolonial British Indian.

Setelah Myanmar merdeka, etnis Rohingya mulai terisolasi. Pemerintah terus menyangkal sejarah Rohingya di Myanmar dan menolak mengakui Rohingya sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis resmi negara tersebut.

Di Myanmar, etnis Rohingya dianggap sebagai imigran ilegal asal Bangladesh, meski sejarah dengan jelas menunjukkan bahwa kelompok tersebut telah ada di Myanmar selama berabad-abad. Pemerintah pusat dan kelompok etnis utama di negara bagian Rakhine juga sebagian besar menolak label “Rohingya”.

Rohingya tidak mempunyai status di Myanmar karena pemerintah menolak memberi mereka kewarganegaraan. Pada tahun 1990an, warga Rohingya diberikan kartu identitas. Namun kartu ini bukan bukti kewarganegaraan.

Beberapa tahun lalu, pemerintah juga mewajibkan kelompok Rohingya untuk membawa kartu identitas nasional kemanapun mereka pergi. Dengan kartu tersebut, mereka hanya bisa membuktikan bahwa dirinya adalah orang asing, bukan warga negara. Rohingya setelah kudeta Aung San Suu Kyi

Aung San Suu Kyi menjadi pemimpin de facto Myanmar pada tahun 2015. Selama berkuasa, Aung San Suu Kyi mendapat dukungan domestik. Meskipun demikian, banyak kritikus percaya bahwa Suu Kyi telah gagal menghidupkan kembali demokrasi yang telah lama mati di negaranya. Alih-alih memulihkan demokrasi, Aung San Suu Kyi justru membela kekerasan terhadap masyarakat Rohingya dan pembatasan kebebasan pers.

Pada tahun 2021, pemerintahan Aung San Suu Kyi digulingkan melalui kudeta militer. Saat itu, banyak pihak yang berharap kudeta ini menjadi harapan bagi pemulihan demokrasi di Myanmar. Sayangnya, harapan tersebut pupus, karena kudeta tersebut secara efektif menjerumuskan Myanmar ke dalam era baru kekerasan. Perekonomian Myanmar juga terpuruk pasca kudeta.

Bagi warga Rohingya, pemberontakan junta tidak lebih dari sekedar beban tambahan. Tak hanya diskriminasi tersebut, kini banyak laporan bahwa mereka dipaksa menjalani wajib militer.

Baca juga: Alasan Pengungsi Rohingya Datang ke Indonesia

Janata belum mengakui tuduhan ini. Namun, sebuah video penasaran yang beredar pada 6 Maret mengungkap kebenarannya. Video tersebut memperlihatkan 300 pemuda Rohingya dari kamp pengungsi internal yang dipaksa duduk di sebuah gudang besar dengan mengenakan seragam militer.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top