“Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo”

JAKARTA, virprom.com – Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan Presiden Joko Widodo menjadi penghambat PDI-P untuk berkoalisi dengan pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto pada 2024-2029.

Menurut dia, PDI-P akan sulit masuk ke pemerintahan Prabowo-Gibran selama masih ada kedekatan antara Prabowo dan Jokowi.

“Tapi Jokowi adalah tembok tebal yang menghalangi PDI-P untuk berkoalisi dengan Prabowo,” kata Adi saat program ngobrol di ruang redaksi virprom.com, Selasa (30/04/2024).

BACA JUGA: Sekjen PDI Perjuangan: Banyak Pengurus Cabang yang Minta Pertemuan Megawati-Jokowi Tak Digelar

Adi menjelaskan, jika ingin berkoalisi dengan Prabowo, PDI-P harus mempertimbangkan hubungan antar elite.

Diakuinya, Prabowo tidak punya masalah serius dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Meski demikian, Adi mengatakan, bukan tidak mungkin PDI-P mempertimbangkan untuk bergabung dengan Prabowo setelah ia menjabat sebagai presiden.

Adi mengatakan kisah cinta dan bulan madu antara Joko Widodo dan Prabowo bisa berakhir setelah selesainya peralihan kekuasaan pada 20 Oktober 2024.

“Tapi menurut saya kalau Jokowi dan Prabowo bagus, tidak akan terjadi kebingunan atau konflik, dan PDI Perjuangan akan sulit bersatu,” kata Adi.

“Selama Joko Widodo dekat dengan Prabowo, sulit membayangkan PDI Perjuangan akan bergabung pada periode tersebut. Namun, bukan tidak mungkin PDI Perjuangan akan bergabung jika hubungan antara Jokowi dan Prabowo sudah tidak ada lagi ramah. Segera kita harus bersatu dan memutuskan tindakan politik berupa 100 kebijakan dan mendukung Prabowo,” lanjut Adi.

Baca juga: Hubungan Politik Megawati, Prabowo dan Jokowi

Selain faktor Jokowi, Adi menilai PDI Perjuangan akan sulit berkoalisi dengan Prabowo dalam waktu dekat karena ia akan mempertahankan basis pemilih setianya pada Pilpres dan Legislatif 2024.

“Saya kira kecenderungan umum (pemilih PDI-P) menolak bahkan sangat menentang dia bergabung dengan Prabowo,” kata Adi.

Sebelumnya, Politikus PDI Perjuangan Chico Hakim berkomentar, tak aneh jika partainya tak lagi menganggap Presiden Joko Widodo sebagai pengurus Partai Banteng.

Ia mengatakan, loyalitas adalah hal terpenting bagi PDI-P. Loyalitas tersebut harus tercermin dari sikap kader yang benar terhadap partai pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

“PDI Perjuangan salah satu prioritasnya adalah disiplin kader, disiplin internal itu sangat penting dan kita punya ciri-ciri loyalitas, kesetiaan,” kata Chico dalam acara Sapa Indonesia Pagi di Kompas TV, Jumat (26 April 2024).

BACA JUGA: Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Chico mengatakan, partainya berpisah dari Joko Widodo karena perbedaan pilihan pada Pilpres 2024. Pasalnya, Joko Widodo berpihak pada Prabowo Subianto yang mencalonkan putra sulungnya, Gibran Rakabooming Rakka, sebagai calon wakil presiden.

PDI-P juga tidak mau mengklaim sebagai kader partai yang keluar dari partai hanya karena partai tersebut memenangkan pemilu.

“Kalau ada lawan yang menang dan kami berpisah, kami ingin menjadi bagian dari pemenang, jadi mengatakan orang-orang itu masih eksekutif kami juga sangat menghina,” kata Chico.

Menurut Chico, sikap PDI-P merupakan reaksi yang wajar. Aneh jika PDI-P masih menganggap Joko Widodo, termasuk Gibran, sebagai eksekutif setelah apa yang dilakukan keluarganya.

Chico mengatakan partainya ingin “maju” ke arah Jokowi dan Gibran serta melanjutkan agenda politiknya. Dengarkan berita terkini dan berita yang dipilih dengan cermat langsung di ponsel Anda. Untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com, pilih saluran berita favorit Anda: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top