Jokowi Lakukan “Reshuffle” Jelang Lengser, Dinilai Salah Satu Bentuk Kepanikan

JAKARTA, virprom.com – Presiden Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ray Rangkuti, menilai reshuffle atau perombakan kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dua bulan menjelang pensiun merupakan bagian dari bentuk kepanikan.

“Dua bulan sebelum pencopotan, Jokowi punya waktu untuk melakukan reorganisasi karena alasan yang tidak mendesak dan mendesak.

Ray kemudian mengatakan, masih banyak lagi hal-hal yang bisa digolongkan sebagai kepanikan Jokowi sebelum turun.

Pertama, Jokowi kerap menyombongkan kesiapan Ibu Kota Negara (IKN) nusantara, seolah ingin meyakinkan masyarakat bahwa IKN bukanlah produk gagal dan pembangunannya akan terus berlanjut di pemerintahan baru.

Baca juga: Menanti Langkah PDI-P Usai Jokowi Pecat 2 Menteri…

“Jadi berbagai langkah terjadi. Mulai dari pergantian presiden, kebijakan pengelolaan investor asing selama ratusan tahun, rapat tingkat menteri, perayaan 17 Agustus, malam-malam, peran yang tepat, menteri pangan, video para taipan di IKN dan lain sebagainya. aktif,” katanya. Sinar.

Tak hanya ingin meyakinkan masyarakat, Ray menilai Jokowi sebenarnya juga berusaha meyakinkan Presiden terpilih RI periode 2024-2029, Prabowo Subianto, untuk melanjutkan proyek IKN, serta investor asing. berinvestasi di. INC.

Kedua, pengunduran diri Airlangge Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar yang diduga terlibat pihak berwenang.

Menurut Ray, kepanikan ini menimpa Jokowi menjelang akhir masa jabatannya karena ia masih ingin tetap berkuasa. Namun usahanya seringkali tidak berhasil.

“Dari persoalan tiga amanat, perpanjangan amanah, hingga berujung pada munculnya nepotisme Jokowi. Keinginan untuk terus berkuasa inilah yang menjadikan langkah-langkah berbeda untuk kepentingan pribadi, bukan demi kebaikan bangsa dan negara. Hukum sudah ada, yang menghalangi dilanggar, dan yang melawan menunggu bagian menjadi penjahat,” ujarnya.

Baca Juga: Profil dan Harta Karun Bahlil Lahadalia, Menteri ESDM Mantan Menteri Investasi

Selain itu, kata Ray, Jokowi merupakan satu-satunya Presiden RI yang saat ini tidak menduduki jabatan utama di partai politik (parpol).

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri diketahui pernah menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Sedangkan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merupakan pendiri dan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Demokrat.

Selain itu, ada kekhawatiran mengenai masalah hukum. Dengan dihapusnya nama putri dan menantunya Kahiyang Aya dan Bobby Nasution baru-baru ini.

“Saat ini sedang ramai dibicarakan soal Pengadilan Blok Medan. Dia, satu-satunya presiden” “RI tanpa partai,” kata Ray.

Baca juga: Profil dan Harta Karun Supratman Andi Agtas, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Pengganti Yasonna Laoly

Kemudian, kata Ray, semakin banyak kelompok masyarakat yang menunjukkan sikap berbeda terhadap Jokowi. Sehingga mengkhawatirkan karena dapat mempengaruhi opini masyarakat.

“Selain mantan partainya, PDI-P, kelompok ulama, intelektual, dan aktivis demokrasi juga berada di barisan ini. Tentu saja mereka adalah barisan yang akan terus eksis ketika pemerintahan Jokowi berakhir,” ujarnya mendiang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top