Hati-hati Terhadap Penurunan Angka “Backlog”, Kenapa?

JAKARTA, virprom.com – Persentase stok perumahan di Indonesia pada tahun 2023 menurun menjadi 13,6 persen dari 14,4 persen pada tahun 2022.

Meski demikian, Kepala Unit Riset Ekonomi PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF Martin Daniel S mengatakan semua pihak harus berhati-hati menghadapi statistik akumulasi yang menurun.

Sebab, Badan Pusat Statistik (BPS) menghitung jumlahnya menggunakan definisi rumah tangga, sedangkan penghitungan logaritma yang benar menggunakan definisi keluarga.

“Ketika satu rumah banyak keluarga maka kepadatan rumah berkurang. Tapi kemungkinan rumah tidak diperlukan karena semuanya lebih padat. Ketika masyarakat atau keluarga mulai berpindah, ada kemungkinan rumah bertambah,” ujarnya. ujarnya dalam jumpa pers di Graha SMF, Jakarta, Kamis (4/4/2024).

Sementara itu, tanpa perhitungan teknis tersebut, menurut data Departemen Riset Ekonomi SMF, rata-rata pertumbuhan rekor mencapai 150.000 per tahun.

Sementara itu, penyaluran Dana Pembiayaan Likuiditas Perumahan (FLPP) dari tahun 2010 hanya sebanyak 5.000 rumah dan meningkat menjadi 220.000 rumah pada periode 2021-2023. Kemudian turun lagi menjadi 166.000 unit rumah pada tahun 2024.

Baca juga: Sejak 1976, BTN berikan subsidi KPR kepada 4 juta rumah

“Peningkatan kumulatifnya jauh lebih tinggi, jelas tidak cukup (untuk menyelesaikan backlog),” lanjut Martin.

Di sisi lain, Martin menilai rencana pemerintah mengatasi penumpukan masih belum berubah.

“Program pemerintah dari 2017 ke 2023 tidak ada perubahan. Jadi harus hati-hati melihat angka pengurangan akumulasi. Mungkin benar (rendah) dan itu bagus, atau ada kendala teknis dalam cara menghitung akumulasi penelitian. ,” Martin menjelaskan. Porsi properti terhadap PDB sangat kecil

Di sisi lain, kontribusi sektor perumahan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2023 nampaknya masih sangat kecil.

Martin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2023 akan tumbuh sebesar 5,05 persen (y/y) yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga.

Sementara itu, kontribusi sektor perumahan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 0,06 persen.

“Bahwa untuk negara berpendapatan menengah tinggi, kontribusi sektor konstruksi sebesar 0,06 persen masih terlalu kecil,” kata Martin.

Diperkirakan jika tidak ada perubahan besar dalam sistem kebijakan publik, maka tentu tidak akan ada perubahan besar dalam hal ini.

Jadi, tentu saja tidak akan banyak berubah. Jadi antara 1-3 persen kontribusi sektor real estate terhadap PDB nasional, tutupnya. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top