Harga Naik dan FLPP Terbatas, MBR Berlomba Beli Rumah Subsidi

JAKARTA, virprom.com – Mulai 1 Januari 2024, harga rumah subsidi di Jabodetabek naik sekitar 7%, dari Rp 181 juta (2023) menjadi Rp 185 juta (2024).

Tak hanya kenaikan harga, tahun ini pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya menargetkan 166.000 unit rumah bersubsidi untuk Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) senilai Rp 13,72 triliun.

Target tersebut lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang alokasi FLPP sepanjang tahun 2023 mencapai 220.000 unit. Sedangkan backlog kepemilikan rumah mencapai 12,71 juta rumah tangga.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono memperkirakan anggaran FLPP akan disalurkan pada pertengahan tahun 2024, mengingat sudah terdapat 16.000 antrian FLPP pada tahun 2024. Artinya, pada awal tahun ini, porsi rumah bersubsidi hanya 150.000 unit.

Baca juga: Biaya Bangun Kantor di Desa Rancah Rp 2 Miliar. Berapa banyak rumah subsidi yang bisa digunakan?

Kondisi ini saja menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), terutama yang belum memiliki rumah pertama, merasa cemas.

Sebagian besar kelompok MBR yang tidak mau kehabisan kuota, harga rumah dukung juga akan naik mulai tahun 2024, mereka tidak lagi menunda fasilitas bantuan untuk pembelian rumah dukung.

Misalnya saja Hendrik (32 tahun), seorang buruh pabrik di Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang pada pertengahan Januari 2024 melakukan perjanjian pinjaman di komplek perumahan Pertama Puri Harmoni 2, Cileungsi, yang dikembangkan oleh Vista Land Group.

Menurut Hendrik, harga rumah bersubsidi sudah naik sehingga tidak akan menunda pembeliannya. sementara usia kerja mereka menurun. Belum lagi sharenya juga menurun.

“Yang jelas saya tidak ingin keluarga saya tinggal di rumah kontrakan yang harus pindah setiap dua tahun sekali karena harga sewanya dinaikkan secara sepihak oleh pemiliknya. Kalau mereka tidak menabung sekarang, saya khawatir keluarga saya akan hidup nomaden (berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam hitungan detik),” jelas Hendrik usai penandatanganan kontrak dengan 62 konsumen PT Bank Tabungan Negara (PErsero) Tbk (BTN) di Perumahan Permata Puri Harmoni 2, Cileungsi, Kecamatan Bogor, Barat Jawa, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Daftar Asosiasi Pembangunan Penyedia Perumahan FLPP Subsidi Tahun 2024

Seperti Hendrik, Wati (27) yang datang bersama suaminya untuk perjanjian kredit bersama pun ikut khawatir saat membaca pemberitaan pengurangan porsi perumahan bersubsidi.

Sebelumnya ia berencana mengajukan KPR FLPP usai pemilu (14 Februari 2024), namun setelah mengetahui kuota terbatas dan peminat banyak, ia langsung mengajukan pinjaman melalui BTN.

Agar segera mendapat persetujuan dari BTN, mereka mengajukan permohonan ikut serta, disetujui, dan dibuat perjanjian pinjaman.

“Yang penting tahun ini kita dapat rumah pertama, jadi tidak perlu keluar uang sewa Rp 12-14 juta setahun, tapi kita tidak bisa punya rumah,” kata Wati, seorang karyawan industri. sedangkan suaminya bekerja di sebuah perusahaan swasta di Bekasi.

Sementara itu, CEO Vista Land Group Oka Mahendra mengatakan permintaan perumahan bersubsidi di banyak proyeknya meningkat signifikan sejak November 2023.

Misalnya Permata Puri Harmoni 2, Gran Harmoni Cibitung, Grand Harmoni Indah Jonggol dan Puri Harmoni Cisoka 2, rata-rata perjanjian pinjaman di 4 kompleks perumahan tersebut lebih dari 60 unit per bulan.

Baca juga: Generasi Z 19-25 mendapat dukungan perumahan FLPP bersubsidi paling banyak

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top