Golkar, Semakin Goyang Semakin Rindang

Mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar terbilang di luar dugaan.

Sebab, kenyataannya, seperti anggapan masyarakat, termasuk saya, penggantinya sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu saja.

Sehingga perubahan tersebut diyakini akan terjadi secara prosedural pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar pada Desember 2024.

Namun dikatakan “sedikit” di luar dugaan, artinya tidak terlalu mengagetkan, karena pada dasarnya apa yang terjadi di internal Partai Golkar di akhir masa pemerintahan yang mereka dukung bukanlah hal baru.

Lot Beringin “berayun” ketika tiba. Secara umum, hal itu tidak hanya terjadi di Partai Golkar.

Partai politik, yang selalu mencari cara untuk menjadi bagian dari kekuasaan, akan berpeluang mengalami goncangan, atau lebih tepatnya goyangan, pada akhir kekuasaan yang mereka dukung atau pada awal kekuasaan baru yang mereka dukung atau tidak dukung.

Maka apa yang terjadi pada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) belakangan ini, di mana Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin bentrok dengan Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama KH Yahya Cholil Tsaquf, patut kita lihat dalam kacamata yang sama.

Pada awal pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PKB diserang oleh Cak Imin dan kawan-kawan karena Cak Imin saat itu merupakan salah satu fraksi politik di PKB yang mendukung pemerintahan SBY, sedangkan Fraksi Gus Dur harus minggir terlebih dahulu.

Pada awal pemerintahan SBY, Jusuf Kalla memimpin Golkar, terpilih menjadi wakil presiden pada era Susilo Bambang Yudhoyono, ketika pencalonan JK pada awalnya tidak didukung oleh Golkar.

Jadi di awal pemerintahan Jokowi, karena PKB merupakan salah satu partai utama pendukung Jokowi sejak awal, Cak Imin dinilai aman dari goyangan.

Migrasi dukungan politik PKB dari SBY ke Jokowi berjalan sangat baik, sehingga Cak Imin tetap stabil di tampuk PKB selama hampir 10 tahun pemerintahan Presiden Jokowi.

Namun Golkar justru memberontak karena pada Pilpres 2014 tidak berpihak pada Jokowi. Golkar sejatinya mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Radjasa.

Rivalitas Agung Laksono dan Setya Novanto lahir ketika dua kongres berbeda muncul di dua tempat.

Dan keberuntungan politik menghampiri Airlangga Hartarto setelah saingannya itu dimenangkan oleh Setya Novanto (Setnov).

Sehingga persidangan yang menimpa Setnov membuka peluang bagi Airlangga untuk dipromosikan ke posisi Ketua DPP Golkar.

Meski dikabarkan hanya menguasai sebagian kecil fraksi di partai, Airlangga terbukti cukup stabil hingga Pilpres 2024 karena berhasil memperkuat dukungan Partai Golkar terhadap istana.

Dianggap sebagai sekutu strategis Jokowi, baik secara elektoral maupun di dalam pemerintahan, Airlangga mau tidak mau menjadi “orangnya Jokowi” di arena politik di satu sisi, dan juga dipandang sebagai “agen politik” Luhut Binsar Panjaitan (LBP) di Partai Golkar di sisi lain. . Di sisi lain, tokoh besar lain yang dianggap sebagai “pendukung” Jokowi jauh lebih awal dibandingkan Partai Golkar dan Airlangga.

Mengapa pola ini sering terjadi di Partai Golkar dan PKB, namun jarang terdengar di partai besar lainnya?

Jawabannya tentu saja karena kedua parpol ini tidak lagi terlalu terikat pada tokoh besar dan ras tertentu.

Hubungan kekuasaan di kedua partai tersebut cukup cair dan berbeda, berbeda dengan partai politik besar lainnya yang memiliki kendali sangat kuat terhadap satu tokoh atau ras keluarga sehingga cukup sulit untuk digoyahkan.

Misalnya saja Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang mengusung Sukarno, Partai Gerindra yang mengusung nama besar Prabowo Subianto, Partai Nasdem yang mengusung Surya Paloh dan lain-lain.

Kekuasaan politik Cendana melemah di Partai Golkar pasca tumbangnya Orde Baru. Jadi model relasi kekuasaan di dalamnya kembali pada interaksi kepentingan antar faksi politik internal partai.

Namun karena banyaknya kekuatan yang ada di dalamnya, sangat sulit untuk mengeluarkan angkanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top