Genosida Armenia, Apa Itu?

Bendera Armenia berkibar di jalanan Los Angeles, Amerika Serikat (AS) pada Rabu (24/04/2024) untuk menghormati 1,5 juta korban Genosida Armenia. Massa dari komunitas Armenia di Los Angeles memenuhi jalan dari Beverly Hills hingga Hollywood Boulevard.

Genosida Armenia adalah peristiwa pembunuhan massal dan pembersihan etnis yang dilakukan oleh Kesultanan Utsmaniyah terhadap rakyat Armenia di bawah pimpinan Komite Persatuan dan Kemajuan (CUP) yang merupakan bagian dari Gerakan Turki Muda. Peristiwa tersebut bermula pada tanggal 24 April 1915.

Kekaisaran Ottoman runtuh pada tahun 1922 dan digantikan oleh Republik Turki pada tahun 1923.

Pemerintah Turki belum mengakui peristiwa tragis ini sebagai genosida yang dilakukan oleh banyak negara dan organisasi internasional.

Baca juga: Apa Pokok Konflik Armenia dan Azerbaijan?

Pada tahun 2021, Amerika Serikat melalui Presiden Joe Biden mengakui fenomena tersebut sebagai genosida. Komunitas Armenia melihat penerimaan Joe Biden sebagai sebuah kemenangan.

Namun, masyarakat Armenia, khususnya di Amerika Serikat, menilai tindakan Amerika saja tidak cukup. Banyak pihak yang menilai pemerintah hanya fokus pada Ukraina dan Timur Tengah, namun mengabaikan trauma yang terjadi di Armenia. Tentu saja, Armenia juga mengalami konflik perbatasan dengan Azerbaijan yang didukung Turki.

Di sisi lain, mereka masih menunggu pengakuan dari pemerintah Turki. Oleh karena itu, setiap tahunnya, kenangan akan Genosida Armenia tidak hanya digunakan sebagai momen peringatan, tetapi juga sebagai kesempatan untuk menuntut keadilan. Sejarah Armenia dan Kekaisaran Ottoman

Orang Armenia tinggal di wilayah Kaukasus di Eurasia sekitar 3000 tahun yang lalu. Awalnya, Kerajaan Armenia merupakan entitas independen yang menguasai sepenuhnya wilayahnya. Misalnya saja pada awal abad ke-4 M, Kerajaan Armenia menjadi negara pertama di dunia yang menjadikan agama Kristen sebagai agama resminya.

Setelah itu Kerajaan Armenia banyak mengalami pergantian kekuasaan dari satu kerajaan ke kerajaan lainnya. Pada abad ke-15, Kesultanan Utsmaniyah menguasai Kerajaan Armenia.

Berbeda dengan Kerajaan Armenia yang didominasi umat Kristen, Kesultanan Utsmaniyah yang didirikan oleh suku-suku Turki di Anatolia didominasi oleh umat Islam. Kesultanan Utsmaniyah mengizinkan kelompok agama minoritas tetap eksis demi mempertahankan otonominya.

Namun perlakuan mereka tidak adil. Bagi mereka, orang-orang Armenia adalah “kafir”. Pada masa Kesultanan Utsmaniyah, umat Kristen harus membayar pajak yang lebih tinggi. Hak-hak politik dan hukum mereka juga sangat berkurang. Meski mendapat perlakuan tidak adil, komunitas Armenia cenderung sejahtera di bawah pemerintahan Ottoman. Kebanyakan dari mereka berpendidikan lebih baik dan lebih kaya dibandingkan orang Turki.

Hal ini membuat Turki iri. Kebencian terus tumbuh setelah rumor menyebar bahwa orang-orang Armenia akan lebih loyal kepada pemerintah negara Kristen seperti Rusia dibandingkan kepada Ottoman.

Kecurigaan meningkat sebelum runtuhnya Kekaisaran Ottoman. Pada akhir abad ke-19, Sultan Kekaisaran Ottoman saat itu, Abdul Hamid II, menjadi marah dengan gerakan hak-hak sipil Armenia. Abdul Hamid, yang sangat menyukai kesetiaan, mengumumkan bahwa dia akan mengakhiri “pertanyaan Armenia” untuk selamanya.

Baca Juga: Armenia Sebut Azerbaijan Berencana Perang Besar-besaran

Dari tahun 1894 hingga 1896, Genosida Armenia terjadi untuk pertama kalinya. Tentara Ottoman, mulai dari pejabat tinggi hingga tentara, bahkan rakyat jelata, diperintahkan untuk menjarah desa-desa dan kota-kota Armenia serta membantai warganya sendiri. Akibatnya, ratusan ribu warga Armenia tewas. Armenia dalam gerakan Turki Baru

Pada tahun 1908, gerakan reformis Turki Muda menggulingkan Sultan Abdul Hamid dan membentuk pemerintahan konstitusional yang lebih modern.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top