Dradjad Wibowo: Mau Buat 100 Kementerian Juga Bisa, tapi kalau Anggarannya Enggak Ada Bisa Apa?

JAKARTA, virprom.com – Direktur Dewan Pakar Partai Amanat Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengatakan, belum ada keputusan final mengenai jumlah kementerian di era pemerintahan Rakabuming Raka pimpinan Prabowo Subianto-Gibra mendatang.

Meski diakuinya ada keinginan untuk memisahkan nomenklatur beberapa kementerian yang ada pada masa pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin.

“Belum, (penambahan kementerian) masih dibicarakan, belum final, masih ada keinginan ada kementerian perumahan tersendiri, macam-macam, tapi masih (belum final),” kata Drajad soal calon. untuk menteri keuangan pada program Gaspol virprom.com. diposting di YouTube virprom.com 16.9.2024.Senin

Dradjad mengungkapkan, kementerian yang ada saat ini seringkali tidak boleh seragam karena standarnya justru berbeda.

Baca juga: Thomas Djiwandono Jadi Menteri Keuangan Favorit Pemerintahan Prabowo

Dia mencontohkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) yang tidak boleh disatukan. Sebab, kehutanan dan lingkungan hidup tidaklah identik dari sudut pandang akademis dan keilmuan.

“Kalau kita melihat ke belakang, kehutanan, perikanan, dan kelautan adalah bagian dari pertanian. Pertanian dalam arti luas adalah tentang pemanfaatan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Jadi, termasuk mikroorganisme, bioteknologi juga bisa masuk ke bidang pertanian. “Pada masa Pak Harto (Soeharto), Kementerian Pertanian hanya ada satu,” ujarnya.

Menurutnya, pemanfaatan tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme tidak selalu berkaitan dengan lingkungan. Karena lingkungan juga berhubungan dengan zat-zat beracun dan berbahaya. Kemudian mencakup masalah karbon, limbah, udara, dan lainnya.

“Pak Jokowi memutuskan untuk bersatu ya, ini lebih pada ketatanegaraan, kebijakan pemerintah. Kalau Pak Prabowo memutuskan untuk memisahkan, itu bagus karena habitatnya sangat luas,” ujarnya.

Baca juga: Gerindra Sebut Prabowo Akan Finalisasi Nomenklatur, Jumlah, dan Kriteria Menteri

Selain itu, kata Dradjad, jika Indonesia ingin fokus pada transisi ke energi hijau dan terlibat dalam perdagangan batu bara.

“Memang harus spesifik karena standarnya berbeda-beda. Standar ini ramah lingkungan atau tidak, beda (untuk kehutanan dan lingkungan hidup),” ujarnya.

Begitu pula dengan rumor yang beredar bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan dipecat di bawah kepemimpinan Prabowo.

Dradjad mengatakan kedua bidang tersebut memang berbeda. Sebab, pekerjaan umum sangat menjaga air bersih, sanitasi, dan drainase. Pada saat yang sama, perumahan rakyat lebih banyak menyediakan apartemen.

“Jadi ya kalau dipisahkan tidak ada masalah. Yang penting ruang finansialnya cukup,” kata Dradjad.

Baca Juga: Jumlah Kementerian Bertambah di Era Prabowo, Gerindra: Ada yang Dipisah dan Digabung Revisi UU Kementerian Negara

Dradjad yang masih terlibat dalam pembahasan penambahan kementerian kemudian membahas kemungkinan formalisasi beberapa jabatan atau jabatan yang sebelumnya bersifat informal.

Dia mencontohkan jabatan lembaga negara, kelompok kerja, dan utusan khusus presiden yang bukan jabatan formal, melainkan setingkat menteri atau wakil menteri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top