Deretan Menteri Jokowi yang Pernah Lontarkan Pernyataan Kontroversial

Jakarta, Kompas. com – Baru-baru ini, dua menteri kabinet Indonesia yang progresif menarik perhatian publik atas pernyataannya yang dinilai cukup kontroversial dalam menanggapi politik atau wacana publik.

Baik Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Mohdjir Effendi maupun Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi sama-sama menjabat sebagai Menteri Koordinator.

Baru-baru ini, Muhadjar membantu mahasiswa pengguna pinjaman online (panjul) untuk membayar Uang Kuliah Satu Kali (UKT) ketika mengalami kesulitan keuangan.

Ia juga menyebutkan, ada salah satu universitas di Jakarta yang telah bekerja sama dengan Pinjol untuk memberikan bantuan biaya pendidikan kepada mahasiswanya.

Baca Juga: Tanggapan Presiden dan Wakil Presiden atas Desakan Buddy Airi untuk Mundur dari Jabatan Menkominfo

Muhadjar menilai penggunaan Panjul tidak masalah asalkan resmi dan tidak menimbulkan kerugian

“Pada dasarnya, kita harus mendukung semua inisiatif baik untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan. Termasuk juga pinjaman, asalkan resmi dan dapat dilunasi, transparan, dan dijamin tidak merugikan mahasiswa, kenapa tidak pada tanggal 2 Juli 2024 di Gedung DPR di Sinaian, Jakarta?

“Sebenarnya Panjul itu hanya sistemnya. Lalu ada penipuan, penyalahgunaan, itu rakyatnya,” ujarnya lagi.

Seperti diketahui, pemerintah akan mulai mengatur bisnis peminjaman pada tahun 2024. Padahal, bisnis pinjol ilegal ini sebelumnya telah menjebak masyarakat dengan bunga tinggi.

Banyak aturan pinjol legal yang diatur oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), antara lain suku bunga, aktivitas penyelesaian, dan kontak darurat.

Baca Juga: Mahudhar: Narapidana Judi Online, Penerima Kesejahteraan Adalah Anggota Keluarga

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Iri menuai kontroversi karena bersyukur pihak yang meretas sistem Pusat Data Nasional Sementara (PDN) adalah pihak yang bermotif ekonomi.

Menurutnya, jika ada negara yang diserang maka permasalahan Indonesia akan menjadi sangat serius.

Pernyataan Badi Arie menuai kritik karena serangan hacker tersebut dinilai gegabah dan dianggap tidak tahu berterima kasih.

Selain kedua menteri tersebut, banyak menteri yang kerap melontarkan pernyataan dan kebijakan kontroversial pada periode kedua pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). siapa pun? Berikut rangkuman virprom.com:

Baca Juga: Media Asing Soroti Peretasan PDN, Budi Iri Sebut Hadiah Menteri Mohdjer Effendi

Selain mengatakan akan membiayai studinya dengan pinjaman yang mengajarkan siswa untuk menghindari hutang, Muhadjar juga melontarkan beberapa pernyataan kontroversial saat mundur.

Ia pernah menyarankan agar orang kaya menikah dengan orang miskin untuk memutus rantai kemiskinan di Indonesia. Pada tahun 2020, jumlah keluarga miskin di Indonesia mencapai 9,4% dari total 57 juta rumah tangga.

“Saya menyerukan semacam gerakan moral.” Antara lain bagaimana memutus rantai kemiskinan agar orang kaya tidak harus memilih ketika mencari pasangan atau anak. Mereka harus sama kayanya.” “Jadilah gerakan moral. Fatwa itu anjuran,” kata Muhadjar di Istana Kepresidenan Jakarta, 20 Februari 2020.

Ia kemudian menimbulkan kontroversi dengan memposisikan pelaku kejahatan judi online sebagai korban yang patut dihukum.

Baca Juga: Mahdajjar: PTN Kita Penghindar Pajak yang Kebiasaan Menghamburkan Uang Tapi Tak Biasa Menghasilkan Uang

Muhadjar mengawali perdebatan mengenai pemberian bantuan sosial (bansos) kepada keluarga korban perjudian online.

“Kami bekerja keras untuk mereka yang menjadi korban perjudian online, lalu kami masukkan misalnya ke dalam DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) sebagai penerima bansos,” ujarnya pada Juni 2024 di kompleks Istana Kepresidenan.

Namun Muhadjar menutup pernyataannya dengan mengklarifikasi bahwa sasaran penerima bantuan sosial bagi korban perjudian online bukanlah pelakunya melainkan keluarga.

“Anda harus memahaminya, bukan memisahkannya. Jika pelakunya tidak bersalah, maka harus diambil tindakan hukum karena merupakan tindak pidana. Nah yang saya maksud penerima kesejahteraan adalah anggota keluarga seperti anak, istri/suami,” ujarnya, pada 17 Maret 2024, usai salat Idul Adha di halaman Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Menting, Jakarta.

Baca Juga: Tanda-Tanda Kontroversi Muhadjar, Guru Honorer Masuk Surga dan Wisuda Kampus Demi Dapat Uang

Kemudian, dalam pernyataan terbarunya, Muharra membahas tentang wisuda yang bisa menjadi peluang bagi perguruan tinggi untuk menghasilkan uang atau keuntungan bagi mahasiswanya.

“Padahal bagi swasta biasanya saat-saat itu harga sedang mahal. Misalnya saja gelar menjadi daya tarik yang besar karena tidak akan ada yang protes walaupun mahal. Karena kalau anak senang lulus, berapa pun harganya. terlalu tinggi,” kata Mahajir dalam rapat Komisi X DPR dengan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mandakbad) pada 2 Juli 2024 di Gedung DPR di Sinaian. , Jakarta.

Menurutnya, perguruan tinggi negeri (PTN) harus mandiri dalam hal pendanaan. Mohajer mengatakan, PTN sebaiknya mengerahkan lembaga pencari dana untuk mencari uang.

“Jadi menurut saya PTN kita itu benar-benar anak pemboros pajak. Jadi mereka terbiasa melakukan pembelian, bukan mencari uang. kata imigran itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top