Dari Sumber Terlindungi di 17 Gunung Terpilih, Ini Keunggulan AQUA Galon

virprom.com – Akses terhadap air bersih dan sehat merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Pasalnya, akses terhadap air minum yang aman dapat menunjang kesehatan dan kualitas hidup yang baik.

Namun, Indonesia menghadapi tantangan serius dalam memenuhi kebutuhan air minum berkualitas yang layak dan aman dikonsumsi manusia.

Berdasarkan Studi Kualitas Air Minum (SKAMRT) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tahun 2020, 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum dari infrastruktur yang terkontaminasi bakteri E coli. Hanya 11,9 persen rumah tangga yang mempunyai akses terhadap air bersih untuk dikonsumsi.

Kondisi tersebut mendorong masyarakat untuk memilih air minum dalam kemasan (AMDK) sebagai alternatif yang lebih nyaman dan terjamin kualitasnya.

Data Badan Pusat Statistik tahun 2023 menunjukkan 40,64 persen rumah tangga baik di perkotaan maupun perdesaan menggunakan air minum kemasan bermerek dan air isi ulang sebagai sumber utama air minumnya.

Meningkatnya minat masyarakat terhadap AMDK mendorong tumbuhnya perusahaan air minum dan beragamnya pilihan yang tersedia.

Namun, terdapat kesalahpahaman bahwa semua air minum adalah sama di masyarakat. Anggapan ini muncul karena berliter-liter air yang terlihat jernih jika dilihat secara kasat mata dianggap aman untuk diminum. Air yang tampak jernih belum tentu bebas kontaminasi. Oleh karena itu, masyarakat harus memahami dan mengenali kualitas air yang mereka gunakan sehari-hari. Potensi kontaminasi

Beberapa air minum yang beredar di masyarakat tidak memenuhi standar kesehatan sesuai peraturan pemerintah. Kurangnya pengetahuan tentang standar air minum yang aman, sehat dan berkualitas membuat masyarakat berasumsi bahwa semua air minum aman.

Peneliti senior bidang pangan dan pertanian serta teknologi di Asia Tenggara (Seafast) Center IPB University Prof. Ratih Dewanti Hariyadi mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengonsumsi air minum setiap hari.

Hal tersebut disampaikan Profesor Ratih dalam webinar bertema “Air Aman dan Berkelanjutan untuk Kualitas Hidup” yang diselenggarakan oleh Pusat Teknologi Pangan dan Pertanian (Seafast) Asia Tenggara IPB dan PT Tirta Investama pada 15 Februari 2022.

Menurutnya, sebagian besar pencemar atau pencemar yang ada di air merupakan pencemar kimia, biologi, atau fisik yang tidak dapat dideteksi oleh indra manusia.

Pencemaran kimia meliputi logam berat, senyawa organik sintetik, senyawa anorganik atau mineral, serta residu kegiatan pertanian. Sedangkan pencemaran biologis dapat berupa bakteri patogen, virus, dan protozoa.

Menelan air yang terkontaminasi mikroorganisme patogen, baik secara langsung maupun melalui makanan, dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Dalam jangka pendek, hal ini dapat menyebabkan penyakit pencernaan atau diare.

Sedangkan paparan logam berat atau bahan kimia lainnya dalam jangka panjang dapat menyebabkan keracunan akut dan kronis, kerusakan organ, anemia, dan kanker.

Kesalahpahaman lain yang berkembang di masyarakat adalah anggapan bahwa bakteri pada air minum isi ulang akan mati jika air direbus dalam suhu 100 derajat Celcius dalam waktu lama. Faktanya, merebus air dalam waktu lama tidak menjamin kualitas air tersebut layak untuk dikonsumsi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top