Dagusibu Vitamin A: Transformasi Kesehatan Ibu Nifas dan Bayi

PERNAH terpikir betapa pentingnya pembagian vitamin A bagi ibu dan bayi pasca melahirkan?

Vitamin A, yang awalnya diperkenalkan di Indonesia untuk mencegah kebutaan pada masa kanak-kanak dan penyakit mata serius seperti xerophthalmia, memiliki dampak yang lebih luas.

Xerophthalmia, yang dapat menyebabkan mata kering dan bahkan kerusakan kornea yang parah, pernah menjadi ancaman besar dengan prevalensi 1,33 persen pada anak-anak Indonesia di bawah usia lima tahun pada tahun 1978. Berkat intervensi yang tepat, angka ini turun drastis menjadi 0,34. persen pada tahun 1992.

Peran vitamin A tidak berhenti sampai disitu saja. Selain menjaga kesehatan mata, vitamin A juga penting untuk meningkatkan fungsi sistem pencernaan, menunjang produksi sel darah putih, memperkuat sistem imun tubuh, memperbaiki sel-sel yang rusak, serta menjaga kesehatan kulit, gigi, dan kaki.

Bagi ibu nifas, suplementasi vitamin A bukan sekedar suplemen, namun merupakan kunci untuk mempercepat pemulihan pasca melahirkan dan memastikan kualitas ASI tetap optimal.

Jadi bukan hanya kesehatan mata saja, vitamin A merupakan pilar penting kesehatan ibu dan anak yang tidak boleh diabaikan.

Pada tahun 1978, Indonesia mengambil langkah besar untuk meningkatkan kesehatan anak dengan memulai program vitamin A dosis tinggi.

Program ini khusus ditujukan kepada anak usia 12-59 bulan, kelompok usia yang rentan mengalami kekurangan vitamin A yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan gangguan kesehatan lainnya.

Program ini tidak hanya merupakan inisiatif lokal, namun merupakan hasil kolaborasi kuat antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan organisasi internasional Helen Keller International (HKI), yang dikenal dengan komitmennya terhadap kebutaan dan memerangi malnutrisi di seluruh dunia. . . dunia.

Kolaborasi ini membuktikan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat.

Dengan dukungan HKI, program ini tidak hanya mampu menjangkau ribuan anak di seluruh Indonesia, namun juga menjadi model bagi negara lain dalam mengatasi masalah kekurangan vitamin A.

Program ini juga menekankan bahwa upaya kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, namun memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah, organisasi internasional, dan masyarakat untuk mencapai hasil yang berkelanjutan dan berdampak luas.

Penelitian mengenai defisiensi vitamin A (VAC) subklinis pada anak balita mengungkapkan kenyataan yang mengkhawatirkan: sebanyak 52 persen anak balita di Indonesia memiliki kadar retinol serum kurang dari 20 mcg/dl.

Angka tersebut bukan sekadar statistik, melainkan cerminan potensi menurunnya daya tahan tubuh anak sehingga membuka pintu terhadap berbagai penyakit.

Penurunan kadar retinol menunjukkan betapa rentannya anak terhadap infeksi dan penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dengan asupan vitamin A yang cukup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top