Buka WWF Ke-10 di Bali, Jokowi Singgung 500 Juta Petani Kecil Rentan Kekeringan

JAKARTA, virprom.com – Presiden Joko Widodo menyebutkan perkiraan 500 juta petani kecil akan terkena dampak kekeringan paling parah pada tahun 2050.

Hal itu disampaikan Jokowi saat menggunakan agenda World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Bali, Senin (10/5/2024).

Pertama, Jokowi mengungkapkan, dari 72 persen permukaan bumi yang tertutup air, hanya 1 persen air yang dapat diakses dan digunakan untuk keperluan air minum dan sanitasi.

“Bahkan pada tahun 2050, 500 juta petani kecil yang menyediakan 80 persen pangan dunia diperkirakan paling terkena dampak kekeringan,” kata Jokowi dalam acara tersebut, mengutip tayangan YouTube Sekretariat Presiden, Senin.

Baca juga: Jokowi Buka WWF ke-10 di Bali dan Kenalkan Delegasi Prabowo

Oleh karena itu, Jokowi menegaskan forum ini harus berperan dalam memperkuat komitmen bersama dan merumuskan langkah-langkah konkrit pengelolaan air yang inklusif dan berkelanjutan.

Sebab tanpa air, kata Jokowi, tidak ada pangan, tidak ada kedamaian, tidak ada kehidupan.

“Tidak ada air, tidak ada kehidupan, tidak ada pertumbuhan. Oleh karena itu, air harus dikelola dengan baik karena setiap tetesnya sangat berharga,” ujarnya.

Lanjut Jokowi, sebagai negara yang luas wilayah perairannya mencapai 65 persen, Indonesia kaya akan kearifan lokal dalam pengelolaan air, mulai dari pesisir pantai hingga bantaran sungai dan tepian danau.

Ia menemukan bahwa masyarakat Indonesia memiliki nilai budaya terhadap air, salah satunya adalah sistem irigasi Subak di Bali yang telah digunakan sejak abad ke-11 dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia.

Baca juga: Puan Hadiri Malam WWF ke-10, Disambut Hangat oleh Jokowi selaku Penyelenggara

Selain itu, bagi masyarakat Bali, air merupakan suatu kemuliaan yang mengandung nilai spiritual dan budaya yang harus dikelola bersama.

Kata Jokowi, hal ini sejalan dengan tema WWF ke-10 tahun ini, yaitu “Air untuk Kemakmuran Bersama” yang dapat diartikan dengan tiga prinsip inti, yakni menghindari persaingan dan mengedepankan kesetaraan; Mengutamakan kolaborasi inklusif, termasuk penggunaan teknologi dan pembiayaan inovatif; dan mendukung perdamaian dan kesejahteraan bersama.

“Dimana ketiganya bisa dicapai hanya dengan satu kata kunci yaitu kolaborasi. Di Indonesia, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan pemulihan Sungai Citarum dan pengembangan energi hijau, panel surya terapung di waduk Cirata, “terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia,” jelasnya.

Baca juga: Kematian Lettu Eko yang Aneh, Surat Keluarga Panglima TNI ke Jokowi Minta Autopsi dan Penyidikan

Jokowi berharap pertemuan para pemimpin dunia hari ini di Bali akan memungkinkan dunia bersatu secara permanen untuk memperkuat komitmen kerja sama dalam mengatasi tantangan global terkait air.

Mantan Wali Kota Solo ini mengatakan, air adalah sumber kehidupan. Air juga merupakan simbol keseimbangan dan harmoni. Namun jika air tidak dikelola dengan baik maka dapat menjadi bencana.

“Mari kita simpan air kita hari ini untuk kesejahteraan bersama di masa depan (Save our water day for the shared kesejahteraan masa depan),” kata Jokowi. Dengarkan berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran berita pilihan Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top