GAZA, virprom.com – Selama berbulan-bulan, Safa Yassin mengenakan pakaian putih yang sama dengan anaknya.

Situasi ini sekarang cukup umum terjadi di Jalur Gaza, yang telah hancur akibat perang 10 bulan antara Israel dan Hamas.

“Saat saya hamil, saya bermimpi mendandani putri saya dengan pakaian yang indah. Hari ini saya tidak punya apa-apa untuk dipakai untuknya,” kata Yassin, salah satu dari ribuan warga Palestina yang meninggalkan Kota Gaza.

Baca juga: 41 warga Palestina korban perang Gaza diterbangkan ke Malaysia untuk berobat

Ia mengaku tidak pernah menyangka keadaan seperti itu akan menimpa keluarganya.

“Saya tidak pernah menyangka suatu hari nanti saya tidak akan bisa mendandani anak-anak saya,” kata ibu berusia 38 tahun itu, seperti dilansir kantor berita AFP.

Yassin kini tinggal di al-Mawasi, wilayah pesisir yang ditetapkan sebagai zona kemanusiaan oleh pasukan Israel.

“Namun, beberapa pakaian yang saya temukan sebelum melarikan diri ke selatan ukurannya salah atau tidak sesuai dengan musim,” katanya.

Gaza dikabarkan sedang mengalami musim panas dengan suhu di atas 30 derajat Celsius setiap harinya.

Bagi 2,4 juta orang yang tinggal di wilayah Palestina di bawah pengepungan Israel, semakin sulit mendapatkan pakaian.

Gaza dulunya mempunyai industri tekstil yang berkembang pesat, namun sejak perang dimulai pada tanggal 7 Oktober, Gaza hanya menerima sedikit bantuan.

Faten punya permasalahan serupa dengan Yehuda Yassin.

Dia tidak bisa memberikan pakaian yang layak kepada putranya.

Salah satu alasannya adalah Faten terpaksa mendandani putranya yang berusia 15 bulan, Adam, dengan piyama yang tidak pas.

Anggota tubuhnya terlihat mencuat dari pakaian ketatnya.

“Dia tumbuh setiap hari dan pakaiannya tidak muat lagi, tapi saya tidak bisa menemukan pakaian lain,” kata pria berusia 30 tahun itu kepada AFP. 

Baca juga: Hamas Tolak Persyaratan Gencatan Senjata Baru di Gaza