Axiata: Starlink Masih Mahal di Indonesia dan Belum Berdampak Besar di Malaysia

JAKARTA, virprom.com – Induk XL Axiata, Axiata Group buka suara soal kehadiran layanan Starlink di Indonesia yang merupakan pemain baru di industri layanan Internet. 

Grup Axiata sendiri saat ini membawahi PT XL Axiata dan PT Link Net. 

Keduanya beroperasi di industri telekomunikasi dan bersaing dengan Starlink. XL Axiata sebagai operator seluler dan Link Net sebagai penyedia layanan internet fiber optik. 

Menurut Vivek Sood, Group CEO dan Managing Director Axiata Group, Axiata Group dapat melihat Starlink di Indonesia dari dua sisi. Di satu sisi sebagai pesaing, di sisi lain sebagai partner. 

Namun untuk saat ini, menurut Vivek, Starlink masih dipandang sebagai mitra yang dapat melengkapi layanan XL Axiata dan Link Net jika bekerja sama. 

“Karena harga Starlink di Indonesia masih mahal dan sekarang cocok untuk pedesaan. Berinvestasi di pedesaan menjadi sebuah tantangan. Oleh karena itu, Starlink memiliki banyak keunggulan sebagai mitra,” kata Vivek saat berbincang dengan KompasTekno, Kamis (13/6/2019). 2024). 

Saat ini biaya penggunaan Starlink di Indonesia masih sangat tinggi. Pengguna rumahan harus membayar Rp7,8 juta untuk perangkat keras Starlink dan biaya berlangganan mulai Rp750.000 per bulan. (Baca: Berapa Biaya Instal Starlink Internet di Indonesia? Berikut detailnya)

Senada dengan Vivek, Chief Financial Officer Axiata Group Nik Rizal Kamil mengatakan kehadiran Starlink di Indonesia juga tidak mempengaruhi investasi Axiata Group di Indonesia. 

Baca juga: Pemerintah Indonesia harus mendorong Starlink untuk membangun NAP, bukan NOC

Menurut Nik, sejauh ini belum ada dampak signifikan Starlink terhadap bisnis Axiata Group di Indonesia. Ia juga mengamati bahwa situasi ini serupa dengan yang terjadi di Malaysia. 

“Di Malaysia, Starlink menyediakan internet di pinggiran kota dan pedesaan. Namun di beberapa daerah, layanan kami digunakan,” kata Nik. 

Lanjut Nik, saat ini Starlink dinilai masih belum lengkap. 

Baca Juga: Starlink Bisa Bikin Pertahanan Indonesia Buta dan Tuli

Starlink sendiri resmi hadir di Indonesia hingga April 2024 atau lima tahun setelah muncul di pasar dunia. Operator seluler di Indonesia juga mendesak pemerintah untuk memperlakukan Starlink dengan baik. 

Kini, pemerintah terlihat memberikan karpet merah kepada Starlink sehingga muncul kekhawatiran terhadap lingkungan bisnis yang tidak sehat. 

Di sisi lain, Starlink Indonesia sebenarnya tidak memiliki kantor resmi di Indonesia, meski memiliki izin beroperasi sebagai PT Starlink Services Indonesia.

Namun Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi beberapa waktu lalu mengatakan, sebenarnya Starlink sedang bersiap membuka kantor di Indonesia. Namun, segala urusan terkait kelengkapan dokumen administrasi saat ini sedang diproses oleh perusahaan milik Elon Musk tersebut.

Baca juga: Bahlil: Starlink investasi Rp 30 Miliar dan punya 3 karyawan terdaftar

Baca Juga: Ingin Instal Starlink? Mulailah dengan melihat pro dan kontra Dengarkan cerita dan berita terbaik kami langsung ke ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk mengakses Saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top