Amunisi Buatan AS Digunakan Dalam Serangan Israel di Rafah

Amunisi yang digunakan Israel dalam serangan maut di kamp pengungsi Rafah pada Minggu (26/5/2024) dilakukan di Amerika Serikat (AS). Hal ini berdasarkan hasil analisis CNN terhadap video dari lokasi kejadian dan tinjauan para ahli persenjataan bahan peledak.

Setidaknya 45 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka setelah serangan militer Israel hari itu yang memicu kebakaran besar di pinggiran kota paling selatan Gaza. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza dan pejabat medis Palestina.

Israel telah maju lebih jauh ke kawasan Rafah. Meningkatnya serangan Israel terhadap Rafah, tempat sekitar 1,3 juta warga Palestina mengungsi, telah menuai kritik internasional. Badan-badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kelompok bantuan dan berbagai negara telah meminta Israel untuk segera menghentikan serangannya.

Baca Juga: Israel Rebut Koridor Utama Gaza-Mesir, Lebih Baik Pertempuran Rafah

Meski demikian, AS menyebut serangan Israel ke Rafah belum melewati garis merah. Dengan demikian, arah kebijakan AS terhadap Israel tidak berubah.

Faktanya, Presiden AS Joe Biden mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN pada awal Mei bahwa dia tidak akan mengizinkan senjata tertentu AS digunakan dalam serangan besar di Rafah. Senjata Buatan AS Digunakan untuk Menyerang Rafah

CNN telah memperoleh beberapa video yang menunjukkan tenda-tenda terbakar setelah terjadi serangan terhadap kamp pengungsi internal yang dikenal sebagai “Kamp Perdamaian Kuwait 1”.

Dalam video yang dibagikan di media sosial, diverifikasi oleh CNN melalui geolokasi dengan mencocokkan data seperti rambu pintu masuk kamp dan ubin di tanah, terlihat ekor bom kecil GBU-39 AS. Hal ini dibenarkan oleh empat ahli bom yang mengulas video tersebut untuk CNN.

GBU-39 Boeing adalah amunisi presisi tinggi yang dirancang untuk mencapai sasaran penting yang strategis dan menghasilkan kerusakan kecil, kata pakar senjata peledak Chris Cobb-Smith kepada CNN. Namun, “penggunaan amunisi apa pun, bahkan sebesar ini, akan selalu berisiko di wilayah padat penduduk,” katanya.

Trevor Ball, mantan anggota tim senior penjinak bom Angkatan Darat AS juga mengidentifikasi pecahan tersebut dan memastikan bahwa pecahan tersebut berasal dari GBU-39.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top