Alasan Krisis Kualitas Udara, Penerapan BBM Euro 4 Mendesak

JAKARTA, virprom.com – Salah satu penyebab utama pencemaran udara adalah kualitas bahan bakar minyak (BBM) yang tidak memenuhi standar Euro 4/IV.

Saat ini sebagian besar bahan bakar di Indonesia, baik solar maupun bensin, masih mengandung kadar sulfur yang sangat tinggi, melebihi batas yang ditetapkan standar Euro 4/IV.

Ahmad Safrudin, Ketua Komite Penghapusan Konsumsi Bahan Bakar Minyak (KPBB), mengatakan penggunaan bahan bakar kotor masih terkendali di Indonesia.

Baca juga: PO Mtrans Beli 26 Bus Baru Pakai Seri Avante

Bahkan, Indonesia telah mengoordinasikan penerapan standar Euro 4/IV melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan no. 20 Tahun 2017.

Namun penerapannya hanya dilakukan pada teknologi mobil, sedangkan pasokan bahan bakar di pasaran, khususnya bahan bakar bersubsidi, masih jauh dari standar tersebut.

“Semua jenis BBM baik solar maupun bensin yang ada di pasaran hanya memenuhi standar Euro1 dan ada juga yang memenuhi standar Euro3,” kata Ahmad Safrudin atau lebih dikenal dengan Puput dalam keterangan pemerintah, Kamis (12/9/2021). 2024). ).

Baca juga: Bagasi Truk Jatuh Menabrak Avanza, Ingat Selalu Buka Mata

“Hanya satu yang memenuhi standar Euro4/IV yaitu Pertamax Turbo (bensin) dan Perta-DEX HQ (diesel/diesel), namun pasokannya rendah sekitar 1 persen atau 400.000 KL/tahun dan bahkan Perta-DEX HQ itu segalanya. Pindahkan ke Malaysia,” ujarnya.

Menurut riset KPBB, penerapan standar bahan bakar Euro 4/IV dapat mengurangi polutan nitrogen oksida (NOx) dan PM 2.5.

Pengurangan emisi ini dapat memberikan dampak positif terhadap kesehatan masyarakat dengan mengurangi risiko penyakit terkait polusi udara.

Baca Juga : Tanda Air Dingin Sudah Tidak Layak Dipakai, Ini Tandanya

Situasi ini mendesak karena kualitas udara kita semakin buruk. Semua indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas udara menunjukkan penurunan, kata Puput.

“Sehingga situasi di kota-kota besar di Indonesia, khususnya wilayah Jabodetabek, sudah kacau balau,” ujarnya.

Sekadar informasi, polusi udara di DKI Jakarta berdampak langsung terhadap kesehatan warga Jakarta. Pada tahun 2010 saja, tercatat lebih dari separuh penyakit pernafasan di Jakarta disebabkan oleh polusi udara.

Baca Juga: Makin Profesional, Test Drive Kesan Pertama Toyota Fortuner Facelift

Budi Haryanto, Guru Besar Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, mengungkapkan dengan membersihkan bahan bakar fosil mulai sekarang hingga tahun 2028, Jakarta dapat mengurangi jumlah penyakit flu akibat polusi udara lebih dari sepertiga jumlah sebenarnya.

Sebaliknya, jika kita tidak berbuat apa-apa, penyakit yang membunuh anak kecil ini akan terus meningkat setiap tahunnya, kata Budi.

“Ini baru satu penyakit, dimana setidaknya terdapat belasan penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara,” ujarnya. Dengarkan Injil dan pilihan pesan kami langsung di ponsel Anda. Pilih saluran perpesanan favorit Anda untuk mengakses saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan aplikasi WhatsApp sudah terinstal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top