Alasan Kenaikan BI Rate Bisa Melemahkan Penjualan Mobil

JAKARTA, virprom.com – Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% sedikit banyak akan berdampak pada penjualan kendaraan bermotor, khususnya mobil, di dalam negeri.

Karena dalam kondisi seperti ini, muatan mobil akan sedikit meningkat dan pengeluaran rumah tangga akan berubah.

Saat dihubungi virprom.com, Direktur Jenderal Asosiasi Perusahaan Penanaman Modal Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan penundaan pembelian mobil sekitar 2-3 bulan.

Baca Juga: BI Rate naik, apakah pemasangan mobil dan motor akan lebih mahal?

Ia mengatakan pada Jumat (27/4): “Kenaikan suku bunga BI tidak akan berdampak pada peminjam yang ada karena suku bunga yang diterapkan adalah tetap.” “Mungkin karena pertumbuhannya kecil, hal ini mempengaruhi peminjam yang ingin membeli.” / 2024).

Suvandi melanjutkan, “Namun yang perlu diperhatikan adalah nilai tukar dolar AS terhadap rupee. Sebab, Indonesia masih menjadi negara pengimpor. Jadi dalam hal ini, mereka menunggu dan mengawasi pelanggan.

Kenaikan suku bunga BI dipahami sebagai respon Indonesia terhadap gejolak global, dimana nilai tukar rupiah terus menguat terhadap dolar AS dalam beberapa pekan terakhir akibat kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed).

Ketika rupee menguat dan suku bunga acuan tidak naik, harga barang impor, terutama produk pangan, menjadi lebih mahal. Akibatnya inflasi tidak terkendali.

Baca Juga: Laporan Positif Penjualan Mobil Suzuki Hybrid Maret 2024

“Dengan kondisi seperti ini, masyarakat terlebih dahulu berpikir untuk membeli mobil atau memenuhi pengeluaran rumah tangga,” jelas Suvandi. “Ini tentang kita semua.”

“Kami tentu mendukung kebijakan pemerintah untuk menjaga stabilitas rupee, karena seluruh perdagangan dunia kini terbuka,” ujarnya. Jadi bukan hanya BI rate yang naik, permintaan mobil juga menurun.

“Namun kondisi global terutama nilai tukar membuat masyarakat menunda pembelian mobil, sepeda motor, dan alat berat lainnya. Biasanya kalau suku bunga naik, ada penundaan sekitar 2-3 bulan sampai kita punya perekonomian. dipertahankan,” ujarnya.

Secara terpisah, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​ Di Presiden Gaikindi Jongki Sugiarto mengatakan perlambatan penjualan mobil nasional pada kuartal pertama 2024 adalah karena kondisi global.

Baca Juga: Penjualan Kendaraan Listrik Global Tahun Ini Bisa Capai 17 Juta Unit

Di sana, nilai tukar rupee terhadap dolar terus meningkat sehingga menyebabkan kenaikan suku bunga. Selain itu, terdapat ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang sedikit banyak akan berdampak pada gejolak perekonomian global.

“Ketidakpastian global memaksa sebagian konsumen untuk wait and see,” ujarnya, Minggu (21/4/2024).

“Kami berharap penjualan di sektor otomotif akan membaik dan meningkat dalam beberapa bulan mendatang,” tambah Jungkook.

Berdasarkan data Gaikindo, hanya terjual 69.647 unit pada Januari 2024. Kemudian secara bertahap mencapai 70.698 unit pada Februari 2024 dan 74.724 unit pada Maret 2024.

Baca Juga: Alasan Penjualan Mobil Dalam Negeri Turun di Q1 2024

Sedangkan penjualan ritel sedikit berbeda, yaitu mulai 78.368 unit, turun menjadi 70.316 unit pada Februari 2024, dan naik lagi menjadi 82.092 unit pada Maret 2024.

Meski terlihat positif pada Maret 2024, penjualan mobil pada tiga bulan pertama tahun ini turun 23% dibandingkan periode yang sama tahun 2023, dari 282.601 unit menjadi 215.699 unit. Dengarkan berita langsung dan pembaruan di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda Saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda telah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top