Adopsi 5G di Indonesia Baru 1 Persen

JAKARTA, virprom.com – Global System for Mobile Communications Association (GSMA) melaporkan adopsi jaringan 5G di Indonesia hanya 1 persen pada tahun 2023.

Hal tersebut disampaikan Presiden GSMA Asia-Pasifik, Julian Gorman pada acara Media Roundtable di sela-sela acara “Digital Nation Summit” di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Kamis (12/9/2024).

“Tingkat pemasangan 5G di Indonesia pada tahun 2023 sebesar 1 persen. Saat ini 4G menjadi kekuatan dengan tingkat pemasangan mencapai 94 persen,” kata Gorman.

Data ini dipublikasikan dalam laporan GSMA bertajuk “Mobile Economy Asia Pacific 2024”.

Layanan 5G komersial di Indonesia diluncurkan Telkomsel pada Mei 2021. Artinya, setelah dua tahun berdiri, tingkat penetrasi 5G di Indonesia sangat rendah, yakni 1 persen.

Baca Juga: Menkominfo: Penyiar Tak Mau Frekuensi 700 MHz untuk 5G

Tingkat penggunaan adalah ukuran berapa banyak pengguna yang telah menggunakan suatu produk atau layanan, dibandingkan dengan jumlah total pengguna. Skor penerimaan dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu produk atau layanan.

Gorman mengatakan, secara keseluruhan, 5G lebih rendah di kawasan Asia-Pasifik, sekitar 10 persen.

Namun, banyak negara di kawasan Asia-Pasifik memiliki tingkat impor yang lebih tinggi dibandingkan tingkat impor di Asia-Pasifik. Misalnya, India, negara berkembang dengan populasi lebih dari 1,4 miliar, memiliki tingkat pemasangan 5G sebesar 12 persen.

Gorman juga membeberkan lima negara yang diklaim memiliki penerapan 5G tercepat untuk kawasan Asia-Pasifik pada tahun 2023. Berikut daftarnya:

Korea Selatan – 49 persen Australia – 45 persen Jepang – 37 persen Singapura – 29 persen Selandia Baru – 22 persen 32 persen pada tahun 2030

Laporan GSMA memperkirakan sistem 5G akan terus diluncurkan di Tanah Air. Pada tahun 2030, GSMA memperkirakan tingkat adopsi AI di Indonesia akan mencapai 32 persen.

Namun, pada saat yang sama, tingkat penerimaan di banyak negara Asia-Pasifik juga melonjak hingga 80 hingga 96 persen. Misalnya saja Thailand (80 persen), Jepang (92 persen), Australia (94 persen), Korea Selatan (95 persen), Selandia Baru (95 persen), dan Singapura (96 persen).

Baca juga: Peluncuran Sinyal Telkomsel 5G di Bali: Canggu-Nusa Dua Berlanjut

Oleh karena itu, Indonesia masih memiliki gap atau kesenjangan dalam pengenalan 5G dengan negara tetangga di Asia Pasifik. Menurut Gorman, masih ada ruang untuk pengembangan 5G di Indonesia. Namun pengembangan 5G di Indonesia harus dipimpin oleh pemerintah, operator seluler, dan ekosistem itu sendiri.

Gorman menambahkan bahwa Indonesia harus mengatasi tantangan peraturan, kebutuhan sumber daya, dan kerja sama antara pemerintah dan industri untuk membuka potensi digital Indonesia.

“Ini terkait masalah alokasi spektrum, seharusnya pemerintah menyediakan alokasi spektrum untuk mendukung pengembangan 5G misalnya,” kata Gorman. Dengarkan berita dan pilihan berita kami di ponsel Anda. Pilih saluran berita favorit Anda untuk bergabung dengan saluran WhatsApp virprom.com: https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan Anda sudah menginstal aplikasi WhatsApp.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top