Dradjad Wibowo: Pak Prabowo Tak Pernah Katakan Akan Menaikkan Utang Luar Negeri

JAKARTA, virprom.com – Ketua Dewan Pakar Partai Kekuatan Nasional (PAN) Dradjad Wibowo mengatakan Presiden terpilih RI Prabowo Subiano tak menyebut utang luar negeri akan bertambah hingga 50 persen. dari total. Produk domestik bruto (PDB).

“Pak Prabowo tidak bilang kita akan menambah (utang luar negeri). Jadi, dia tidak bilang kalau di bawah kepemimpinannya dia akan menaikkannya 50 persen, tidak, tidak sama sekali,” kata Drjad dalam program Gaspol virprom.com disiarkan di YouTube. virprom.com pada 16 September 2024.

Bahkan, Dradjad mengatakan, dalam debat calon presiden, Prabowo tidak menyebut akan menambah utang luar negeri.

Diketahui, dalam debat capres 7 Januari 2024, Prabowo menyebut Indonesia tidak akan gagal bayar jika utang luar negerinya mencapai 50 persen.

“Pokoknya utangnya bagus, saya setuju. Tapi kita bisa (utang luar negeri) 50 persen, tidak masalah. Kita tidak akan gagal bayar. Kita hormati dunia,” kata Prabowo saat itu.

Baca juga: Daradjad Wibowo: Kebijakan pembangunan tidak bisa dilanjutkan dengan utang

Selain itu, Dradjad menjelaskan rasio utang luar negeri sebesar 60 persen terhadap PDB dinilai masih aman.

Menurutnya, program ini bersifat internasional dan tidak bisa diperluas ke semua negara.

“Utang dianggap aman di 60 persen PDB dunia. Amerika lebih banyak utangnya. Jepang punya lebih dari 100 persen, saya lupa 120 persen kalau tidak salah,” tuturnya.

Namun, kata dia, tarif pajak atau rasio penerimaan pajak terhadap PDB AS tergolong tinggi. Oleh karena itu, asumsi 60 persen mungkin tidak berlaku di Indonesia yang penerimaan pajaknya masih rendah dan separuh pendapatannya digunakan untuk melunasi utang.

Baca juga: Gaspol Hari Ini: Situasi Prabowo Siapkan Kabinet Hadapi Utang Negara

Jadi, kata Dradjad, nilai dolar dan surat utang Amerika tidak bisa dibandingkan dengan produk yang ditawarkan Indonesia.

“Ketika Amerika mencetak uang, mudah untuk membeli obligasi, semua orang membelinya. Jadi, ketika mereka membutuhkan uang untuk meminjam lebih banyak uang, itu mudah. ​​“Kami tidak seperti mereka karena suku bunga kami sangat rendah, jadi kami harus melakukannya dia. Kami harus banyak menjual kartu kredit kami,” katanya.

Menurut Dradjad, salah satu tindakan yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan menagih bunga dari penjualan utang.

Dengan pandangan tersebut, ekonom senior Indef ini mengaku termasuk yang tidak setuju dengan kebijakan perkreditan tersebut.

Makanya saya bukan yang setuju kalau (hutang) 60 persen (PDB) aman untuk Indonesia karena situasinya berbeda. Kedua, saya juga melihat banyak sumber pendapatan yang bisa dijajaki, ujarnya. . . dikatakan

Baca Juga: Dradjad Vibowo Sebut Penunjukan Seskab Baru adalah Cara Menggoda Menteri-menteri Prabowo untuk Bayar Utang.

Sebelumnya, Dradjad membahas soal penerimaan pajak yang saat ini dinilainya kurang baik. Sebab, yang mampu dihimpun Direktur Jenderal Pajak (DJP) adalah 7-9 persen dari 10 persen.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top