Moderasi Beragama di Era Prabowo: Meneruskan Jejak, Menemukan Jalan

Keberlanjutan program moderasi beragama di Indonesia berada di persimpangan jalan seiring dengan semakin besarnya jabatan Prabowo Subian menjadi presiden. Pertanyaan besarnya adalah apakah ia mampu menjaga dan mengembangkan semangat kehalusan agama yang dibangun Jokowi.

Kita punya Perpres Nomor 58 Tahun 2023 yang merupakan tonggak regulasi penguatan moderasi beragama.

Namun, regulasi hanyalah langkah awal. Tantangannya terletak pada bagaimana menerapkan aturan-aturan ini dalam masyarakat yang beragam.

Masyarakat kita dinamis. Di satu sisi, kami melihat upaya pemerintah dalam mengembangkan desa religi hingga tingkat kecamatan. Suasana desa berwarna-warni Dihiasi dengan semangat persatuan

Anak-anak bermain di lapangan, menunjukkan persatuan melampaui batas agama. Tokoh masyarakat duduk bersama dan menyusun program demi program untuk menjaga persatuan.

Namun di sisi lain, masih banyak kegaduhan terkait isu keagamaan di media sosial dan perbincangan sehari-hari. Polarisasi bukanlah luka yang bisa sembuh total.

Tidak ada keraguan bahwa Prabovo adalah orang yang berani. Namun, keberanian saja tidak cukup. Moderasi beragama adalah tugas rumit yang memerlukan pendekatan lembut namun tegas.

Prabowo bisa menerima semua elemennya. Mulai dari ormas hingga pemerintah daerah Apakah keberlangsungan proyek ini bisa dipertahankan? Pertanyaan ini patut dipikirkan.

Penting untuk diingat bahwa moderasi beragama bukanlah “jalan tengah” yang mengorbankan prinsip. Ini adalah perspektif, sikap, dan praktik keagamaan yang menghormati martabat manusia dan menciptakan kebaikan bersama.

Kami punya sekretariat bersama untuk moderasi beragama. yang ditetapkan melalui Perpres Nomor 58 Tahun 2023. Namun tanpa kepemimpinan yang kuat dan komprehensif Lembaga ini hanya akan menjadi nama yang tidak ada artinya.

Di era Prabowo, keberlangsungan proyek ini memerlukan interaksi nyata antara berbagai kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.

Menggunakan program ini tidaklah sulit. Bayangkan ketika Kementerian Agama mengumumkan penguatan moderasi beragama. Tidak semua orang secara terbuka senang.

Ada yang mencemooh dan menganggapnya hanya proyek pemerintah. Polarisasi permasalahan agama terus terjadi di masyarakat.

Generasi baru mudah kritis dan menerima beragam informasi. Panduan yang dapat dipercaya dan objektif dibutuhkan saat ini.

Akankah pemerintahan Prabowo cukup sensitif untuk menyasar generasi ini dengan tepat?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top